Indonesia memiliki catatan buruk dalam hal pencemaran laut, dengan menjadi negara penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah China menurut data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP). Setiap tahun, Indonesia menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola, di mana 1,29 juta ton akhirnya berakhir di laut. Berikut adalah 5 negara penghasil sampah laut terbesar di dunia:
1. China – 3,53 juta ton sampah
2. Indonesia – 1,29 juta ton sampah
3. Filipina – 1,90 juta ton sampah
4. Vietnam – 1,80 juta ton sampah
5. Sri Lanka – 1,60 juta ton sampah
Jika masalah sampah laut ini tidak ditangani, diperkirakan pada tahun 2050 jumlah plastik di laut akan melebihi jumlah ikan. Keberadaan sampah plastik di laut memiliki dampak negatif, termasuk kerusakan ekologi, potensi ekonomi yang hilang dari sektor pariwisata, polusi mikroplastik yang dapat dikonsumsi manusia, serta menyebabkan kecelakaan kapal.
Kepala Peneliti Pusat Teknologi Kapal Hidrogen Universitas Nasional Pusan, Kim Jeong-hyeon, menjelaskan bahwa setiap tahun terjadi ratusan insiden kecelakaan kapal nelayan yang disebabkan oleh sampah plastik yang mengganggu propeller kapal. Untuk mengatasi masalah ini, ia dan timnya menciptakan kapal pengelola sampah yang mengubah sampah laut menjadi hidrogen, bahan bakar yang ramah lingkungan. Proses konversi sampah menjadi hidrogen dilakukan di atas kapal sambil kapal tersebut menyaring sampah di laut.
Direktur Pusat Teknologi Kapal Hidrogen Universitas Nasional Pusan menambahkan bahwa kapal pengolah limbah laut tersebut ditargetkan dapat mulai beroperasi pada 2026. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Korea Selatan untuk proyek pengembangan kapal pengelola sampah laut pada Juni 2023. Implementasi proyek ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif pencemaran sampah plastik di laut Indonesia.
