29.4 C
Jakarta
Monday, September 9, 2024

Makan Telur Dadar Dapat Meningkatkan Risiko Kanker? Dokter Membahas Penjelasannya

Konsumsi Telur Dadar Dikaitkan dengan Risiko Kanker Menurut Ahli

Jakarta, CNBC Indonesia – Konsumsi telur dadar disebut-sebut dapat berpotensi menyebabkan penyakit kronis, seperti kanker. Peringatan ini disampaikan oleh seorang ahli medis bernama Iwan Benny, yang merupakan pendiri Konsep Karnus, serta oleh dr. Ary Yanuar dalam sebuah tayangan podcast.

Dalam video podcast yang diunggah di akun YouTube @kasisolusi, telur dadar menjadi topik hangat terkait dampaknya bagi kesehatan. Padahal telur dadar merupakan salah satu hidangan sederhana yang selalu disukai oleh banyak orang.

Menurut laporan dari detik.com, Konsep Karnus atau Pendekar Nusantara menerapkan metodologi dasar untuk memahami cara kerja tubuh manusia. Iwan menjelaskan bahwa Karnus menekankan pentingnya melakukan segala sesuatu terhadap tubuh berdasarkan ‘algoritma’ atau pemberian Tuhan.

Konsep Karnus menyatakan bahwa konsumsi telur dadar dapat memicu kanker dan berbagai penyakit metabolik lainnya. Iwan Benny menjelaskan bahwa terdapat komponen kimia bernama avidin dan biotin pada telur yang sebaiknya tidak dicampur.

“Ikan saat asam lemak dengan rantai ganjil banyak terkandung di kuning telur, avidin (ditemukan dalam putih telur) akan mengunci biotin (ditemukan dalam kuning telur) untuk memecahnya. Apalagi jika telur digoreng, ikatan ini akan terkunci dan rusak… Akhirnya rantai lemak ganjil ini tidak dapat masuk ke dalam darah dan akan membentuk senyawa baru yang disebut keton radikal. Senyawa ini dapat masuk dan merampas elektron pada DNA dan RNA sehingga kanker bisa terjadi,” jelas Iwan dalam tayangan tersebut.

Namun, pernyataan ini mendapat penolakan dari dokter lain. Menanggapi klaim tersebut, dr. Tirta melalui akun Instagram @dr.tirta menyatakan bahwa telur tidak memiliki hubungan langsung dengan diabetes dan kanker. Hal ini disebabkan oleh kesalahan dalam proses memasak telur.

“Jika telur dimasak dengan minyak yang sudah terlalu panas hingga gosong, hal tersebutlah yang dapat menyebabkan karsinogenik. Selain itu, penggunaan bumbu yang berlebihan juga bisa berdampak negatif. Avidin dan biotin memang dapat berpengaruh, namun jika dikonsumsi dalam jumlah yang sangat besar,” jawab dr. Tirta.

Selain dr. Tirta, dr. Dion Haryadi juga memberikan pandangannya terkait perdebatan ini. Melalui video yang diunggah di akun Instagram @dionharyadi, ia menggunakan jurnal penelitian sebagai acuan untuk menyampaikan pendapatnya.

Dalam jurnal yang ditunjukkan oleh dr. Dion, terdapat pembahasan khusus mengenai kondisi kekurangan biotin. Meskipun kekurangan biotin dapat menimbulkan beberapa gejala, hal tersebut tidak berarti secara langsung menyebabkan kanker.

Kondisi kekurangan biotin akibat konsumsi telur dikenal dengan sebutan Egg White Injury Syndrome. Kondisi ini disebabkan oleh cara konsumsi telur yang salah, terutama dalam kondisi mentah, dengan jumlah yang berlebihan, dan dalam jangka waktu yang panjang.

Menariknya, ikatan avidin dan biotin yang disebutkan oleh Iwan sebelumnya ternyata dapat terlepas selama proses pemasakan telur. Dengan demikian, biotin masih dapat dicerna oleh tubuh dan membantu memecah rantai lemak dalam makanan.

Jurnal Medscape juga mencatat bahwa proses pemasakan telur, baik dalam bentuk dadar, direbus, atau ceplok, tergolong aman. Bahkan, konsumen yang berisiko mengalami defisiensi biotin bukan berasal dari konsumsi telur dadar, tetapi lebih pada perokok dan peminum alkohol.

Dengan demikian, penjelasan dari dokter-dokter tersebut menunjukkan bahwa telur dadar tidak secara langsung berhubungan dengan risiko kanker, asalkan telur dimasak dengan benar dan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.

[luc/luc]

Source link

berita terkait

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Berita Terbaru