30.1 C
Jakarta
Thursday, September 19, 2024

5 Alasan Mengapa Korban KDRT Tetap Bertahan dalam Hubungan yang Berbahaya

Baru-baru ini, pemberitaan tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh selebgram Cut Intan Nabila dari tangan suaminya Armor Toreador sedang ramai dibicarakan. Kasus KDRT ini terkuak setelah Cut Intan Nabila membagikan video dirinya sedang dianiaya oleh suaminya. Dia juga mengungkap bahwa sang suami telah berselingkuh berulang kali selama lima tahun pernikahan mereka.

Kasus yang menimpa Cut Intan langsung menjadi viral dan menjadi topik perbincangan di kalangan warganet. Banyak yang terkejut mengetahui bahwa sang selebgram telah bertahan dalam hubungan pernikahan yang toksik selama bertahun-tahun.

Penting untuk diingat bahwa kita tidak boleh menyalahkan korban KDRT karena tidak mampu meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan. Dengan memahami alasan-alasan mengapa seorang perempuan memilih bertahan dalam hubungan yang toksik, kita dapat mendukung dan memberdayakan mereka untuk membuat keputusan terbaik sambil menuntut pertanggungjawaban dari pelaku kekerasan.

Terdapat beberapa alasan mengapa perempuan korban kekerasan memilih untuk tetap diam meskipun disakiti oleh pasangannya. Berikut adalah beberapa alasan yang dikutip dari Women’s Aid:

1. Merasa dalam bahaya dan ketakutan: Perempuan korban merasa dalam bahaya dan takut, sehingga sulit bagi mereka untuk melaporkan kekerasan yang terjadi. Ada kemungkinan bahwa kekerasan akan terjadi setelah perpisahan, seperti yang terjadi pada sebagian besar kasus pembunuhan perempuan oleh pasangan atau mantan pasangan mereka.

2. Isolasi sosial: KDRT seringkali dilakukan dengan cara mengisolasi korban dari keluarga dan teman-temannya. Hal ini membuat korban sulit untuk mencari pertolongan dan bergantung sepenuhnya pada pasangannya yang suka mengontrol.

3. Rasa malu dan penyangkalan: Pelaku kekerasan seringkali dihormati di lingkungannya, sehingga sulit bagi orang lain untuk percaya bahwa mereka sebenarnya melakukan kekerasan. Korban mungkin merasa malu atau menyangkal kekerasan yang mereka alami.

4. Trauma dan rasa percaya diri yang rendah: Korban sering kali mengalami trauma dan merasa rendah diri akibat perkataan merendahkan dan penghinaan yang dilontarkan oleh pasangan. Mereka kehilangan kepercayaan diri dan kebebasan untuk membuat keputusan dalam hubungan yang penuh kekerasan.

5. Alasan praktis: Pelaku sering mengendalikan kehidupan korban, termasuk akses terhadap uang dan kemandirian finansial. Korban mungkin takut kehilangan anak-anak mereka atau menghadapi masalah ekonomi jika meninggalkan hubungan tersebut.

Untuk membantu perempuan korban KDRT, dibutuhkan dukungan dari keluarga, masyarakat, dan teman-teman. Ini akan membantu korban untuk merasa didengar, didukung, dan diperlakukan dengan adil dalam proses pemulihan mereka.

Source link

berita terkait

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Berita Terbaru