Sunan Bonang, Pendakwah yang Kental dengan Seni dan Karya Sastra
Sunan Bonang lahir di Tanah Jawa dari orang tua yang berasal dari Champa. Sosok ini dikenal sebagai pendakwah yang sering berpindah-pindah tempat demi menyebarkan dakwah Islam. Meskipun begitu, Sunan Bonang tidak pernah menikah hingga akhir hayatnya.
Dibesarkan dalam keluarga ningrat di Pesantren Ampeldenta dengan bimbingan dari Sunan Ampel, Sunan Bonang memiliki aliran darah biru yang kuat namun tidak membuatnya berdiam diri. Sejak kecil, ia telah mendapatkan ilmu-ilmu keislaman dari ayahnya dan berkawan dengan tokoh-tokoh pendakwah terkenal seperti Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Drajad.
Selain belajar di Pesantren Ampeldenta, Sunan Bonang juga pergi ke Kadipaten Tuban untuk mempelajari kesenian, kesastraan, dan ilmu pemerintahan. Selama perjalanannya, ia sempat berguru kepada Syekh Maulana Ishak di Pasai, Aceh.
Dalam menghadapi masyarakat yang mayoritas memeluk agama Hindu-Budha, Sunan Bonang memilih jalur dakwah melalui seni dan budaya Jawa. Ia menggunakan media seni dan budaya seperti gamelan Jawa dan pertunjukan wayang untuk menyebarkan ajaran Islam.
Perjalanan dakwah Sunan Bonang dimulai dari Kediri dan meluas ke wilayah Demak, Lasem, Jombang, Blora, Bojonegoro, Lamongan, dan Tuban. Ia juga didaulat menjadi Imam Masjid Demak atas perintah Raden Patah sebelum akhirnya menetap di Lasem dan mendirikan Pesantren Watu Layar.
Sunan Bonang dikenal sebagai seorang dalang dalam pertunjukan wayang yang dimasukkan ajaran Islam di dalamnya. Ia juga menciptakan alat musik gamelan Jawa yang kini dikenal sebagai Gamelan Bonang. Menurut catatan sejarah, Sunan Bonang tidak pernah menikah hingga akhir hayatnya.
Dakwah Sunan Bonang yang menggunakan seni dan budaya Jawa sebagai media menarik perhatian masyarakat telah memberikan kontribusi besar dalam penyebaran Islam di Jawa. Kiprahnya sebagai pendakwah yang gigih dan kreatif menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya.