Topik “tas siaga bencana” menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet setelah muncul peringatan gempa megathrust di Indonesia dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG mengungkapkan bahwa Indonesia akan segera menghadapi gempa dahsyat dan tsunami akibat dua megathrust yang belum melepaskan energi besar dalam waktu yang lama.
Megathrust Nankai adalah salah satu zona ‘seismic gap’ yang merupakan zona sumber gempa potensial tetapi belum mengalami gempa besar dalam beberapa dekade atau bahkan ratusan tahun terakhir. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyatakan bahwa ketakutan ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai sebanding dengan kekhawatiran ilmuwan Indonesia terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Suberut.
Dalam menghadapi ancaman gempa bumi besar di Indonesia, banyak warganet mulai mencari cara untuk siaga. Salah satu upaya yang banyak dibicarakan adalah “tas siaga bencana”. Tas siaga bencana adalah tas yang disiapkan untuk menghadapi bencana tak terduga seperti kebakaran, banjir, dan gempa bumi. Tas ini terbuat dari bahan anti air yang kuat dan dirancang untuk membawa beban berat.
Di dalam tas siaga bencana, harus disiapkan dokumen-dokumen penting seperti salinan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, Paspor, polis asuransi, buku tabungan, ijazah, dan sertifikat berharga. Selain itu, tas tersebut juga harus diisi dengan kebutuhan pokok selama minimal 72 jam dalam keadaan darurat seperti air minum kemasan, makanan siap saji, pakaian ganti, alat penerangan, perlengkapan mandi, uang tunai, dan lainnya.
Tas siaga bencana penting untuk mempersiapkan diri dan keluarga dalam menghadapi bencana alam. Dengan mempersiapkan tas siaga bencana, diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dan kesigapan dalam menghadapi situasi darurat akibat bencana.
