Pada tanggal 22 Oktober 2024, klaim mengenai pandemi COVID-19 yang disebut sebagai rekayasa kembali menjadi sorotan publik. Meskipun demikian, narasi lain yang menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab COVID-19 tidak ada, masih terus beredar di media sosial.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH menegaskan bahwa narasi yang menyatakan COVID-19 sebagai rekayasa adalah informasi yang tidak benar. Pandemi COVID-19 telah melanda hampir seluruh negara di dunia, bukan hanya Indonesia.
Syahril menekankan pentingnya untuk bersyukur karena Indonesia telah berhasil menangani pandemi COVID-19. Melalui kerjasama antara pemerintah, para pemangku kepentingan, dan seluruh elemen masyarakat, penanganan COVID-19 berhasil menurunkan kasus dan dikekang.
Data dari WHO menunjukkan bahwa lebih dari 760 juta kasus dan 6,9 juta kematian akibat COVID-19 telah tercatat di seluruh dunia. Lebih dari 13 miliar dosis vaksin COVID-19 telah diberikan hingga Juni 2023.
Selain itu, pandemi COVID-19 juga memberikan dampak yang signifikan terhadap harapan hidup global. Dalam laporan World Health Statistics 2024, WHO menyatakan bahwa harapan hidup global turun 1,8 tahun menjadi 71,4 tahun pada 2021, kembali ke angka yang sama pada 2012.
Untuk menanggulangi pandemi COVID-19, Indonesia menerapkan kebijakan “gas dan rem” yang bertujuan untuk menyeimbangkan antara penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi. Upaya vaksinasi juga menjadi strategi penting dalam penanganan pandemi, dengan lebih dari 400 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan kepada lebih dari 200 juta orang sejak dimulainya vaksinasi pada 13 Januari 2021.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI dan informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui nomor hotline Halo Kemenkes (1500-567), SMS (081281562620), dan alamat email (kontak@kemkes.go.id).