Pengembangan hasil penelitian vaksin menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat luas menjadi fokus dalam acara penutupan Program Fellowship Penelitian dan Pelatihan Teknologi Virologi dan Vaksin Batch ke-3 di Jakarta pada tanggal 29 Juli 2024. Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan, Rizka Andalusia, menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mendukung kolaborasi antara peneliti dan industri vaksin untuk memastikan ketersediaan vaksin yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, termasuk masyarakat Islam yang membutuhkan jaminan halal.
Indonesia telah berhasil menghasilkan 8 dari 14 antigen imunisasi, dengan 4 di antaranya sudah Pra-Kualifikasi WHO. Deputi CEO PT Bio Farma, Soleh Ayubi, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi masalah kesehatan besar seperti pandemi. Ia menyatakan bahwa peneliti vaksin perlu memahami hubungan antara setting laboratorium dan setting perusahaan, memahami regulasi terkait evaluasi produk obat, dan memiliki pengetahuan tentang Good Manufacturing Practice (GMP).
Program Fellowship Batch ke-3 melibatkan 12 peneliti dari 9 negara anggota OKI, dengan tujuan untuk memproduksi vaksin halal. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Kesehatan, COMSTECH, PT Bio Farma, dan Universitas Padjadjaran. Peserta program memiliki kesempatan untuk belajar di laboratorium PT Bio Farma, Laboratorium Sentral UNPAD Bandung dan Jatinangor, serta kunjungan ke industri farmasi di Jakarta.
Salah satu peserta program, Mwambi Bashir dari Islamic University in Uganda, berencana untuk mempromosikan pentingnya penggunaan vaksin setelah mengikuti program ini. Ia menyadari betapa pentingnya produksi vaksin halal untuk komunitas Muslim dunia. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan penelitian, pengembangan, dan produksi vaksin untuk melindungi masyarakat dari penyakit dan memperkuat kesiapsiagaan menghadapi pandemi.