KH. Ali Maksum adalah seorang tokoh ulama NU yang dikenal sebagai sosok modernis yang aktif mendorong Khittah NU dan mendukung pandangan serta perilaku Gus Dur. Beliau juga berperan sebagai pelindung spiritual Gus Dur, khususnya dalam menghadapi sikap para kiai yang tidak setuju dengan kepemimpinan Gus Dur.
Ali Maksum memiliki pemikiran maju sejak belajar di Pesantren Termas, di mana beliau memperkenalkan sistem madrasah yang lebih formal di pesantren tersebut. Gagasan-gagasan yang dimiliki oleh Ali Maksum tentang pendidikan Islam di Indonesia memiliki nilai yang berharga, baik untuk pesantren maupun madrasah, yang dapat membantu memodernisasi pendidikan Islam sehingga sejajar dengan pendidikan formal.
Beliau juga aktif dalam membela NU, terutama saat hubungan antara NU dan Masyumi tegang, dan ketika NU keluar dari Masyumi. Pada Pemilu 1955, Ali Maksum aktif dalam melakukan kampanye untuk NU dan terpilih sebagai wakil di Konstituante. Pada tahun 1981, beliau terpilih sebagai Rais Am NU dan terlibat dalam berbagai kegiatan NU di Yogyakarta.
Ali Maksum juga memiliki pandangan yang maju tentang mencari ilmu, di mana beliau menekankan pentingnya proses belajar dan pemenuhan gizi yang baik. Beliau memilih menggunakan metode pendidikan modern di pesantren Krapyak dan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal. Ali Maksum juga tidak memisahkan ilmu agama dan ilmu umum secara mutlak, dan mengajarkan berbagai macam ilmu di pesantren.
Dengan berbagai kontribusi dan pemikirannya yang maju di bidang pendidikan Islam, KH. Ali Maksum telah meninggalkan warisan berharga bagi pengembangan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam model berasrama. Meskipun telah tiada, warisan dan kontribusi beliau tetap memberikan inspirasi dan pedoman bagi para tokoh pendidikan dan ulama di tanah air.