Indonesia Anti Doping Organization (IADO) telah mengirim 92 sampel urine atlet yang mengikuti Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII di Solo, Jawa Tengah untuk diperiksa doping di laboratorium anti-doping di Bangkok, Thailand. Sampel-sampel tersebut dikumpulkan hingga 10 Oktober dan diperkirakan hasilnya akan diketahui sekitar Desember. Jika ada sampel yang positif doping, proses hukum akan dilanjutkan hingga Maret 2025.
Selama Peparnas, kegiatan pengambilan sampel urine terus dilakukan untuk mencapai target 130 sampel atlet dari berbagai cabang olahraga. Pengawasan anti-doping kali ini melibatkan petugas presenter edukasi, tenaga intelijen, dan investigasi guna memastikan kepatuhan terhadap aturan anti-doping.
Gatot S Dewa Broto, Ketua Umum IADO, menekankan pentingnya kepatuhan atlet dan ofisial terhadap aturan anti-doping. Kepatuhan ini sangat penting, karena seorang atlet bisa dinyatakan doping bukan hanya karena mengonsumsi zat terlarang, tetapi juga jika menolak pengambilan sampel. Atlet yang sedang dalam sanksi doping juga tidak diizinkan untuk bertanding dalam Peparnas.
Sebelumnya, kasus doping pernah muncul pada Peparnas 2016 dan 2021, dengan beberapa atlet dinyatakan positif menggunakan doping. Oleh karena itu, IADO terus melakukan pengawasan ketat untuk mencegah penggunaan zat terlarang di ajang olahraga nasional tersebut.
