Home Berita Lainnya Dibalik Pusaka-Pusaka Sakral Ponorogo: Filosofi Pemimpin Sejati

Dibalik Pusaka-Pusaka Sakral Ponorogo: Filosofi Pemimpin Sejati

Jelang 1 Suro atau 1 Muharram yang akan jatuh pada tanggal 7 Juli 2024 kalender masehi, di Kabupaten Ponorogo terdapat kegiatan yang sangat dinantikan oleh masyarakat. Kegiatan tersebut adalah kirab pusaka yang mengirabkan 3 pusaka milik pendiri Ponorogo, Raden Batoro Katong. Pusaka-pusaka tersebut adalah Payung Songsong Kiai Tunggul Wulung, Tombak Kiai Tunggul Nogo, dan Sabuk Angking Cinde Puspito.

Dalam kirab tersebut, terdapat filosofi tentang seorang pemimpin sejati yang terkandung dalam benda-benda pusaka sakral tersebut. Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, menjelaskan bahwa kirab tersebut sebenarnya membawa spirit perjuangan dari pendahulu mereka.

Pusaka pertama, Payung Songsong Kiai Tunggul Wulung, melambangkan pemimpin yang harus menjadi “payung” bagi rakyatnya, memberikan perlindungan dan ketenangan. Pusaka kedua, Tombak Kiai Tunggul Nogo, mencerminkan pemimpin yang harus berani bersikap di garda terdepan, tidak mengorbankan rakyatnya.

Sementara itu, pusaka ketiga, Sabuk Angking Cinde Puspito, mengingatkan pemimpin untuk mengendalikan sifat-sifat negatif seperti rakus, sombong, dan congkak. Semua filosofi tersebut adalah cerminan dari kepemimpinan sejati yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Pusaka-pusaka tersebut, yang digunakan oleh Raden Batoro Katong dalam mendirikan Ponorogo, masih dijaga dan dihormati oleh masyarakat setempat hingga saat ini. Mereka menghargai warisan sejarah dan filosofi tentang kepemimpinan yang terkandung dalam 3 pusaka tersebut.

Source link

Exit mobile version