Surabaya (beritajatim.com) – Film adaptasi telah menjadi cara populer untuk menghidupkan cerita dari novel terkenal kembali. Namun, tidak jarang film adaptasi tersebut mendapat kritik atas beberapa kekurangan yang tidak ada dalam karya aslinya.
Salah satu contohnya adalah film adaptasi dari novel “The Architecture of Love” karya Ika Natassa, yang dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Putri Marino sebagai Raia dan River. Mereka berhasil membawakan karakter-karakter ini dengan memukau, menampilkan nuansa emosional dan kerapuhan yang ada dalam novel ke layar lebar. Namun, film ini tetap memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan.
Novel “The Architecture of Love” mengisahkan Raia Risjad, seorang penulis muda yang mengalami writer’s block dan masih terluka karena perceraian dengan mantan suaminya, Alam. Raia memutuskan untuk pergi ke New York untuk melupakan kenangan masa lalunya. Di sana, ia bertemu dengan River Jusuf, seorang arsitek misterius yang membantunya menemukan inspirasi di kota tersebut.
Meskipun film adaptasi ini berhasil membawa konflik cerita yang sederhana namun menyentuh hati ke layar, ada kekurangan utama yang perlu diperhatikan. Salah satu kekurangan utamanya adalah kemungkinan pengurangan kedalaman karakter. Dalam format film, seringkali sulit untuk menangkap kedalaman karakter Raia dan River dengan baik, sehingga mengurangi kedekatan emosional antara penonton dan karakter.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa film adaptasi adalah interpretasi dari novel aslinya, dan mungkin memiliki daya tarik tersendiri bagi penonton yang berbeda. Meskipun memiliki kekurangan, film adaptasi “The Architecture of Love” masih bisa dinikmati oleh penggemar novel dan pecinta film dengan cara dan selera masing-masing. [ian]