26.2 C
Jakarta
Monday, July 1, 2024

Waspada Penyakit DBD pada Musim Kemarau – Jaga Kesehatan Negeriku

Pada tanggal 14 Juni 2024, tercatat 88.593 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 621 kasus kematian di Indonesia hingga minggu ke-17 tahun tersebut. Data menunjukkan bahwa kematian akibat DBD terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi, dari total 456 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa puncak kemarau akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024. Selama bulan Juli, kemarau diperkirakan akan terjadi di sebagian pulau Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Barat, dan sebagian Kalimantan Utara. Sementara pada bulan Agustus, kemarau diprediksi terjadi di sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian Pulau Papua.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan, dr. Imran Pambudi, mengungkapkan bahwa kemarau diperkirakan akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk, karena nyamuk cenderung lebih aktif saat suhu udara meningkat. Hal ini bisa berpotensi meningkatkan kasus DBD pada bulan Juli dan Agustus akibat nyamuk yang lebih aktif dalam mencari mangsanya.

Kasus DBD di Indonesia mengalami pemendekan siklus, yang mengakibatkan peningkatan Incidence Rate (IR) dan penurunan Case Facility Rate (CFR) disebabkan oleh fenomena El Nino. Meskipun kasus DBD berhasil diturunkan sekitar 35% pada tahun 2023 dan awal 2024, namun pada minggu ke-22 tahun 2024, terjadi peningkatan kasus DBD mencapai 119.709 kasus. Meskipun demikian, jumlah kasus kematian akibat DBD menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan enam strategi nasional penanggulangan dengue sebagai respons terhadap kenaikan kasus DBD. Selain itu, inovasi kebijakan seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN), revitalisasi kelompok kerja operasional (pokjanal) DBD, teknologi vektor nyamuk ber-Wolbachia, dan imunisasi dengue juga diterapkan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian DBD.

Prof. Dr. dr. Erni J. Nelwan. Ph.D, Sp.PD, K-PTI, FACP, FINASIM dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) memberikan informasi mengenai gejala dan tanda DBD, serta upaya pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus (Menguras, Menutup, Memanfaatkan, dan Mencegah). Selain itu, vaksinasi dan teknologi Wolbachia juga menjadi upaya preventif yang penting dalam penanggulangan DBD.

Temu media ini dilakukan sebagai peringatan ASEAN Dengue Day (ADD) yang jatuh pada 15 Juni setiap tahunnya. Indonesia menjadi pelopor peringatan Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN pada 15 Juni 2011, dengan tujuan memperkuat kerja sama dan komitmen regional dalam upaya pengendalian DBD.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, dan alamat email [email protected]. (DJ)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik: dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid

Source link

berita terkait

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Berita Terbaru