Teknik menggoreng telah menjadi bagian penting dari makanan khas Indonesia, seperti ayam goreng, tahu bulat, dan pisang goreng. Sejarah mengungkapkan bahwa konsep menggoreng pertama kali muncul di Mesir sejak tahun 2500 SM, sebelum menyebar ke Eropa dan China. Migrasi penduduk dari kedua wilayah ini turut menyebarkan budaya menggoreng ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Amerika di mana praktek ini belum dikenal sebelum kedatangan orang Eropa.
Di Indonesia, pengaruh teknik menggoreng semakin berkembang sejak kedatangan orang China dan Eropa pada abad ke-16. Minyak kelapa dan mentega mulai menjadi bahan utama dalam proses penggorengan, menciptakan variasi makanan menggoreng yang kini dikenal sebagai gorengan seperti pisang goreng dan tempe goreng. Namun, akses terhadap mentega dan minyak kelapa terbatas karena harganya yang mahal.
Perubahan signifikan terjadi pada era Orde Baru di mana industrialisasi sawit memungkinkan minyak goreng sawit menggantikan minyak kelapa. Dukungan pemerintah pada industri minyak goreng membuat Salim dan Eka Tjipta Widjaja menjadi pemain utama di pasar minyak goreng. Akibatnya, masyarakat Indonesia semakin terbiasa dengan konsumsi gorengan di setiap waktu, dari pagi hingga malam.
Orde Baru juga membawa perubahan dalam bahan baku utama, seperti tepung terigu dari Bogasari, yang memudahkan akses dan harga tepung. Dukungan pemerintah pada bisnis minyak dan tepung terigu membuat masyarakat semakin familiar dengan konsumsi gorengan. Oleh karena itu, gorengan tidak hanya menjadi makanan harian tetapi juga bagian penting dari momen-momen tertentu, seperti buka puasa.