Hari Raya Idulfitri bukan hanya saat kemenangan setelah berpuasa selama sebulan penuh, tetapi juga momen untuk merayakan kebersamaan keluarga. Tradisi sungkeman kepada orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua tetap menjadi bagian penting dari perayaan ini.
Dalam masyarakat Jawa, ungkapan sungkeman memiliki makna yang mendalam. Tidak hanya sebagai permohonan maaf, tetapi juga ekspresi dari rasa hormat, kasih sayang, dan harapan untuk keberkahan. Salah satu kalimat sungkeman yang sering digunakan adalah “Ngaturaken sedoyo lepat kulo, pinten pinten kelepatan kulo njenengan sepunten” yang artinya memohon maaf atas segala kesalahan.
Tradisi sungkeman bukan hanya kata-kata, melainkan ungkapan dari hati yang penuh keikhlasan dan penghargaan. Setiap kata dalam sungkeman memiliki makna yang dalam dan menjadi wujud nyata dari hubungan keluarga. Tradisi sungkeman ini mempererat hubungan antar anggota keluarga dalam kasih sayang dan kebersamaan.
Semoga tradisi sungkeman pada Hari Raya Idulfitri di masyarakat Jawa tetap terjaga dan dilestarikan sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas mereka.
