Ampeldenta, kawasan yang terletak di utara Kota Surabaya menjadi kawah candradimuka tokoh-tokoh berpengaruh di Tanah Jawa. Sunan Ampel atau Raden Rahmat menjadi mahaguru para tokoh tersebut.
Lewat Pesantren Ampeldenta, hampir separuh lebih Wali Songo pernah mengenyam ilmu yang diajarkan Sunan Ampel. Nama-nama sekelas Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Drajad menjadi para wali penyebar Islam yang menyandang alumnus Pesantren Ampeldenta.
Saat perjalanannya menuju Ampeldenta, Sunan Ampel sempat mengubah Wiroseroyo atau yang memiliki julukan Ki Mbang Kuning menjadi mualaf. Bahkan, Wiroseroyo masuk dalam jajaran santri Sunan Ampel, meski tak sempat merasakan mondok di Pesantren Ampeldenta.
Sunan Ampel juga mendidik beberapa tokoh yang cukup berpengaruh. Mulai dari Raden Patah, Sunan Ngudung, hingga Raden Kusen pernah menimba ilmu di Pesantren Ampeldenta. Santri Sunan Ampel pun ada yang dari kalangan elite Kerajaan Majapahit.
Kalangan elite Majapahit dipercayakan oleh Prabu Brawijaya V untuk mendapat bimbingan dan diharapkan menjadi pribadi yang baik. Terbukti saat itu Sunan Ampel mengajarkan kalangan elite tersebut untuk menjadi manusia baik lewat falsafah Molimo.
Saat masa kepemimpinan Sunan Ampel, beliau akan menugaskan santri-santrinya ke suatu daerah untuk berdakwah dan menyebarkan ilmunya. Dalam mengemban tugas dari Sang Guru para santri yang dianggap sudah rampung mempelajari agama Islam akan bertugas sebagai pengajar ilmu keislaman dan membimbing orang-orang yang baru saja mengenal agama Islam.
Di balik keberhasilan Sunan Ampel mendidik santri dan menyebarkan Islam, ada sosok wanita hebat yang menemani perjuangan Mbah Sunan. Dia adalah Dewi Condrowati dan Dewi Karimah, istri Sunan Ampel.
Dari kedua wanita hebat itu lahir tokoh-tokoh berpengaruh yang menyebar di wilayah-wilayah Nusantara. Dewi Condrowati memiliki gelar Nyai Ageng Manila yang merupakan putri dari Adipati Tuban, Arya Teja.
Dari informasi yang dihimpun, dari pernikahan dengan Dewi Condrowati, Sunan Ampel memiliki dua putra dan tiga putri. Masing-masing bernama Raden Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Syarifuddin atau Raden Qosim (Sunan Drajad), Siti Syari’ah (Nyai Ageng Maloka/Nyai Ageng Manyuran), Siti Muthmainnah, dan Siti Hafsah.
Sedangkan pernikahan dengan Dewi Karimah yang merupakan putri Ki Mbang Kuning melahirkan empat putra dan dua putri. Mereka adalah Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zainal Abidin (Sunan Demak), Sayyid Maulana Hamzah (Pangeran Tumapel), dan Raden Faqih (Sunan Ampel II).
Sunan Ampel juga memiliki dua putri yang nantinya menjadi bangsawan. Dewi Murtasiyah (istri Sunan Giri) dan Dewi Murthasimah (istri Raden Patah). Suami Dewi Murtasiyah memimpin Kerajaan Giri Kedaton, sedangkan suami Dewi Murthasimah berkuasa di Kesultanan Demak.