Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2024 terdapat 88.593 kasus DBD, naik tiga kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya mencatat 28.579 kasus. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyebut bahwa peningkatan kasus ini disebabkan oleh kurang optimalnya upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur).
Selain itu, faktor lingkungan dan vektor (nyamuk) juga mempengaruhi peningkatan kasus DBD. Perubahan iklim, seperti El Nino, pergeseran musim pancaroba, dan curah hujan dapat mempengaruhi siklus kehidupan nyamuk, sehingga mempercepat perkembangannya dari larva menjadi nyamuk dewasa.
Dari total 88.000 kasus DBD tersebut, telah terjadi 621 kematian. Kota dan Kabupaten Bandung menjadi wilayah dengan kasus dan kematian tertinggi. Selain itu, intervensi dan deteksi dini merupakan langkah penting dalam menekan penyebaran kasus DBD. Kesadaran individu dalam menjaga kebersihan lingkungan juga menjadi hal yang penting untuk mencegah peningkatan kasus DBD.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa kasus DBD secara global mengalami peningkatan tajam selama dua dekade terakhir. Setelah terjadi penurunan kasus antara tahun 2020-2022 akibat pandemi Covid-19, kasus DBD kembali meningkat secara signifikan di tahun 2023 dengan peningkatan jumlah, skala, dan penyebaran kasus secara simultan.