Peritel kecantikan asal Prancis, Sephora, mengumumkan akan menutup semua toko mereka di Korea Selatan. Dalam pernyataan yang diposting di akun media sosial Sephora Korea, perusahaan tersebut mengatakan akan menghentikan operasi mereka secara bertahap, termasuk aplikasi, toko online, dan toko fisik.
Sephora diluncurkan di Korea pada tahun 2019 di Distrik Gangnam, di Seoul selatan dan memiliki lima toko di Korea. Meskipun pembukaan toko pertama mereka di Distrik Gangnam sukses besar dengan antrean panjang pada hari pertama, kehadiran Sephora di Korea hanya bertahan kurang dari lima tahun.
Pandemi disebut sebagai faktor yang sangat mempengaruhi operasional Sephora di Korea dan membuat strategi toko mereka menjadi tidak efektif. Sephora semula berencana untuk memperluas bisnis mereka menjadi 14 toko pada tahun 2022, namun mengalami kerugian operasional yang meningkat dari 12,4 miliar won pada tahun 2020 menjadi 17,6 miliar won pada tahun 2022.
Meskipun Sephora berada di peringkat tiga merek teratas di bawah LVMH dalam hal penjualan global, mereka gagal melampaui dominasi CJ Olive Young, unit ritel kecantikan CJ Group yang menguasai hampir 90 persen toko di seluruh Korea. Para pakar industri menganggap bahwa sektor ritel kosmetik Korea menawarkan tantangan signifikan bagi pesaing asing karena pola perilaku konsumen yang sangat bergantung pada loyalitas merek ritel yang sudah mapan.
Keluarnya Sephora dari pasar Korea mengikuti tren penutupan ritel kecantikan asing lainnya selama beberapa tahun terakhir. Merek kecantikan asing lainnya yang mengalami penutupan di Korea termasuk Lalavla milik GS Retail, LOHB milik Lotte Shopping, dan Boots, merek kesehatan dan kecantikan terkemuka di Inggris. Sementara itu, CJ Olive Young terus memperkuat performanya dengan peningkatan penjualan tahunan dan nilai perusahaan yang mengalami peningkatan.
Dengan keluarnya Sephora dari pasar Korea, menjadi jelas bahwa persaingan dalam sektor ritel kecantikan Korea sangatlah ketat dan tantangannya besar bagi peritel asing.