Home Kesehatan Sehat Negeriku: Bertransformasi dari Sendok ke Kompas

Sehat Negeriku: Bertransformasi dari Sendok ke Kompas

Upaya untuk membuat kompas telah dimulai oleh Cina sejak awal Masehi, ketika mereka berusaha menentukan posisi utara dan selatan yang tepat. Menurut Ludovico di Varthema, seorang pelancong dari Bologna, Italia, kapal-kapal yang berlayar di Indonesia pada abad ke-16 sudah menggunakan kompas.

Kelahiran kompas seperti yang kita kenal sekarang bermula dari magnet. Sejak sebelum Masehi, berbagai bangsa di dunia sudah mengenal batu magnet, namun belum menggunakan untuk menentukan arah utara dan selatan.

Tak diketahui siapa yang pertama kali menemukan magnet, namun orang Cina telah lama menggunakan magnet sebagai kompas. Sebuah alat dengan batu magnet berbentuk sendok yang diletakkan di permukaan datar sudah disebutkan dalam naskah Cina, Lunheng, sekitar 70-80M pada suatu masa.

Alat ini kemudian berkembang menjadi jarum magnet yang lebih praktis. Buku Wujing Zongyao, yang terbit pada tahun 1044, memperinci cara membuat kompas dengan jarum besi bermagnet yang mengambang di air atau digantung dengan benang. Pada masa Dinasti Song (960-1279), kompas ini sudah digunakan untuk keperluan militer di darat dan navigasi di laut.

Meskipun negara-negara Barat belum mengenal jarum magnet ini, para pedagang Arab, yang diduga mendapatkannya dari bangsa Cina, kemudian memperkenalkannya ke Eropa. Dalam De Naturis Rerum (1190), Alexander Neckam mencatat bahwa para pelaut mulai menggunakan jarum magnet yang menunjuk ke arah utara, meskipun matahari atau bintang tidak terlihat.

Pada abad ke-14, kompas dengan jarum magnet sudah lazim digunakan oleh pelaut. Dukungan peta dan tabel navigasi memungkinkan kapal-kapal dagang Mediterania berlayar dua kali dalam setahun, meningkatkan keuntungan bagi pedagang.

Kompas terus dikembangkan, dengan jarum magnet dilindungi dalam kotak kayu dan kemudian dilengkapi dengan gimbal atau suspensi Cardanis oleh Girolamo Cardano pada tahun 1570. Gimbal memastikan bahwa jarum magnet tetap dalam posisi tetap meskipun gimbal bergerak.

Pada abad ke-16, kompas dengan jarum magnet sudah digunakan oleh kapal-kapal yang berlayar ke benua lain, termasuk di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang efek magnet bumi pun berkembang, dengan ahli seperti Georg Hartmann dan William Gilbert memberikan penjelasan yang lebih detail.

Kini, meskipun kompas tanpa magnet seperti girokompas sudah banyak digunakan, kompas magnet masih tetap berguna dalam berbagai kegiatan, termasuk mendaki gunung dan navigasi menggunakan telepon genggam yang dilengkapi dengan magnetometer.

Source link

Exit mobile version