Ribuan dokter muda di Korea Selatan mengajukan pengunduran diri sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah baru. Sejak 20 Februari 2024, hampir 9.000 dokter muda telah mengundurkan diri. Mereka menuntut pembatalan kebijakan pemerintah yang menambah jumlah mahasiswa kedokteran karena dianggap dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Dokter muda dan residen juga khawatir tentang persaingan yang meningkat, tuntutan hukum malpraktek medis, dan ketidakseimbangan antara gaji dan jam kerja.
Menurut Asosiasi Residen Magang Korea, dokter bekerja lebih dari 80 jam seminggu, tetapi menerima gaji yang tidak sebanding dengan jam kerja yang mereka lakukan.
Dalam hal gaji dokter di Korea Selatan, negara ini memiliki gaji dokter tertinggi di antara negara anggota OECD karena jumlah dokter yang terbatas. Menurut laporan Statistik Kesehatan OECD pada tahun 2023, rata-rata gaji dokter spesialis di Korea Selatan pada 2020 adalah sebesar US$ 192.749 atau sekitar Rp 3,03 miliar. Dokter yang membuka praktik mandiri rata-rata memperoleh pendapatan tahunan sebesar US$ 298.800 atau sekitar Rp 4,69 miliar.
Meskipun gaji dokter di Korea Selatan tinggi, jumlah dokter yang tersedia masih rendah, dengan rata-rata 2,6 dokter aktif menangani 1.000 orang pada tahun 2021. Hal ini membuat Korea Selatan berada di peringkat terbawah dalam hal jumlah dokter per 1.000 orang di antara negara OECD. Permintaan terhadap layanan medis tetap tinggi di Korea Selatan meskipun jumlah dokter dan lulusan sekolah kedokteran rendah.
