Industri Kreator Konten Makin Sesak dan Kompetitif
Pekerjaan sebagai influencer terkenal seperti YouTuber Mr. Beast dan pesohor media sosial dalam negeri, Raffi Ahmad, menjadi impian banyak orang. Tetapi, tidak seperti yang terlihat di layar HP Anda, dunia kreator konten tidaklah seindah yang dibayangkan. Industri ini semakin sesak dan persaingan untuk mendapat penghasilan pun semakin ketat.
Para kreator konten tidak lagi mendapatkan komisi yang besar dari platform dan brand-brand ternama juga lebih selektif dalam bekerja sama dengan influencer. Salah satu contohnya adalah Clint Brantley, seorang kreator konten full-time yang membagikan konten di TikTok, YouTube, dan Twitch, khususnya seputar tren game mobile Fortnite.
Meskipun memiliki lebih dari 400.000 pengikut dengan rata-rata view di atas 100.000, penghasilan Brantley pada tahun lalu jauh lebih kecil dibandingkan dengan gaji pekerja full-time di AS. Hal ini membuatnya sulit untuk mengambil keputusan untuk menyewa apartemen, dan saat ini ia masih tinggal bersama ibunya di Washington.
Menurut laporan The Wall Street Journal, meraih penghasilan yang layak dan konsisten sebagai kreator konten adalah sebuah tantangan yang sulit, dan akan semakin sulit ke depannya. Platform media sosial semakin tidak murah hati dalam membagikan penghasilan kepada kreator, sementara brand-brand lebih spesifik dalam memilih kerja sama dengan influencer.
Kondisi ini semakin diperparah dengan ancaman pemblokiran TikTok di AS pada tahun 2025 mendatang. Banyak kreator konten yang khawatir apakah mereka masih bisa meraup penghasilan jika salah satu saluran sumber uang mereka dihapus.
Menurut laporan Goldman Sachs pada tahun 2023, ratusan juta orang di seluruh dunia mengunggah konten di media sosial. Sekitar 50 juta orang berhasil menghasilkan uang dari sana. Namun, jumlah kreator yang bisa menghasilkan pendapatan diprediksi hanya akan tumbuh sebesar 10% hingga 20% setiap tahunnya hingga tahun 2028.
Para kreator konten harus bekerja keras untuk mengumpulkan pendapatan dari platform media sosial, kerja sama dengan brand, serta link affiliate. Namun, semakin banyak orang yang mencari nafkah dari industri ini, semakin kecil porsi ‘kue’ yang tersedia untuk dibagikan.
Ketimpangan dalam pendapatan influencer juga ditentukan oleh berbagai faktor, seperti apakah mereka bekerja secara full-time atau part-time, jenis konten yang mereka bagikan, dan lama mereka berkarir sebagai influencer. Bagi sebagian orang, fokus pada topik yang populer selama pandemi Covid-19, seperti fesyen, investasi, dan hack gaya hidup, membantu mereka mendapatkan momentum yang tepat.
Namun, di balik popularitas dan penghasilan yang menggiurkan, kreator konten mengakui bahwa pekerjaan ini sangat menguras energi dan mental. Mereka harus selalu berpikir tentang konten yang disukai oleh audiens, mengambil momentum yang tepat, dan selalu berinteraksi dengan para penggemar untuk menjaga popularitas mereka.
Menjadi influencer bukanlah pekerjaan yang mudah dan terkadang tidak memberikan keuntungan seperti pekerja kantoran, seperti jaminan kesehatan, dana pensiun, atau bonus tahunan. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti, influencer harus menghadapi tekanan yang semakin sulit untuk mengamankan keuangan mereka.
Pada rentang tahun 2020-2023, platform seperti TikTok, YouTube, dan Instagram memiliki program penghasilan untuk kreator konten. Namun, kebijakan pembayaran untuk kreator kini mulai berubah. Persyaratan untuk mendapatkan penghasilan dari platform semakin ketat, dan banyak kreator yang merasa sulit untuk mencari uang meskipun memiliki banyak pengikut.
Banyak kreator konten seperti Ben-Hyun dan Danisha Carter merasakan penurunan pendapatan meskipun jumlah pengikut mereka terus bertambah. Mereka menekankan pentingnya pembayaran yang adil dan transparansi dalam kebijakan pembayaran kreator. Kondisi ini menunjukkan bahwa, meskipun memiliki audiens yang besar, sulit untuk menghasilkan uang hanya dari pendapatan platform.
Sebagai kesimpulan, menjadi seorang kreator konten atau influencer tidaklah mudah dan persaingan dalam industri ini semakin ketat. Penghasilan yang tidak menentu, tekanan untuk tetap relevan, dan perubahan kebijakan pembayaran dari platform membuat pekerjaan ini menjadi tantangan yang nyata bagi para kreator konten.