Stunting merupakan masalah serius dalam kesehatan di Indonesia, khususnya di daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Untuk memerangi stunting, Pemerintah fokus pada wilayah-wilayah ini, karena berhasil menekan angka stunting di sana dapat membantu menurunkan angka stunting secara nasional. Menkes menyatakan bahwa 11% kasus stunting terjadi sejak bayi lahir, sementara 10-11% lainnya terjadi setelah usia 6 hingga 24 bulan. Oleh karena itu, masa 1.000 hari pertama kehidupan anak menjadi sangat penting.
Pemerintah telah menetapkan 11 intervensi khusus untuk melawan stunting, seperti pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dan ibu hamil serta pemantauan berat badan balita. Tahun ini, Kementerian Kesehatan RI menargetkan menjangkau lebih dari 3 juta anak dengan alokasi anggaran hingga Rp1,9 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya.
Selain itu, Menkes juga menekankan pentingnya pengawasan kualitas makanan anak, terutama yang disediakan di sekolah. BKKBN juga berkomitmen untuk menurunkan stunting dengan program yang menjangkau hingga 3,7 juta anak. Namun, anggota Komisi IX DPR RI menyatakan bahwa meski angka stunting telah menurun, target pemerintah belum tercapai. Evaluasi program dan reformulasi target perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas program.
Edy Wuryanto juga menyoroti masih rendahnya jangkauan program untuk ibu hamil dan menyusui serta kurangnya efektivitas bantuan makanan tambahan. Ia menekankan pentingnya kerjasama antara pemerintah pusat, badan gizi nasional, dan kepala daerah dalam memastikan keamanan dan kualitas pangan. Semua pihak harus terlibat aktif dalam melawan stunting demi kesehatan generasi masa depan.
