Oleh: Prabowo Subianto [dikutip dari “Strategi Transformasi Nasional: Menuju Indonesia Emas 2045,” halaman 161-163, edisi softcover ke-4]
Dengan pertumbuhan populasi yang terus meningkat, peningkatan pasokan pangan menjadi hal yang krusial. Kegagalan suatu negara dalam menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pangan dapat menyebabkan kerusuhan. Sejarah terkini menyoroti kebutuhan vital setiap negara untuk mandiri dalam memberi makan rakyatnya.
Selama pandemi COVID-19 dan masa kekeringan akibat El Niño baru-baru ini yang memengaruhi negara-negara penghasil dan pengekspor pangan, kita telah melihat negara-negara yang biasanya mengekspor pangan menghentikan pengiriman mereka. Misalnya, India, eksportir beras terbesar di dunia, menghentikan ekspornya ketika dihadapkan pada kondisi kekeringan.
Untuk Indonesia tetap kuat dan mempertahankan pencapaian kita, kemandirian pangan adalah suatu keharusan. Kita perlu membudidayakan padi, pengganti gandum, dan sumber protein yang cukup di sini, dengan memanfaatkan tanah, air, dan laut kita. Untuk memastikan kemandirian pangan, terutama untuk tanaman pangan pokok, sangat penting untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian kita melalui program intensifikasi lahan.
Salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas pertanian adalah dengan meningkatkan irigasi. Saat ini, hanya sekitar 30% dari lahan pertanian Indonesia yang teririgasi, meninggalkan sisanya tergantung pada cuaca yang tidak terduga. Tanpa curah hujan yang cukup, hasil panen jauh dari optimal. Kita perlu meningkatkan luas tanah irigasi kita, dengan tujuan mencerminkan kesuksesan China, di mana 52% dari lahan pertanian dialiri air sepanjang tahun, memungkinkan petani panen padi sebanyak tiga kali dalam setahun.
Pemerintah harus mendukung petani dalam menemukan dan memanfaatkan sumber air. Di Universitas Pertahanan (UNHAN), kami telah menunjukkan bahwa generasi muda kita dapat secara efektif menemukan sumber air baru. Di tempat di mana air tanah berlimpah, kita harus mempertimbangkan untuk memompanya ke permukaan. Pompa tenaga surya bisa menjadi solusi ekonomis untuk irigasi.
Selain memperkuat praktik pertanian yang ada, kita juga perlu memperluas lahan pertanian kita. Setiap tahun, kita kehilangan lahan sawah yang luas akibat pembangunan dan penggunaan lain. Kerugian ini harus diganti dengan lahan pertanian baru.
Menjalankan program-program ini di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, dan nasional dengan efektif dan berkelanjutan sangat penting untuk tanaman seperti padi, jagung, kedelai, singkong, tebu, sagu, dan sukun. Pada tahun 2029, kita bertujuan untuk menambah setidaknya 4 juta hektar ke area penanaman tanaman pangan kita.
Memulai perjalanan untuk mengembangkan lahan pertanian baru tanpa keraguan dan kritik. Membuka lahan baru untuk pertanian merupakan tantangan dan membutuhkan waktu untuk melihat hasil yang menguntungkan. Terutama di daerah dengan kualitas tanah yang marginal, mungkin butuh bertahun-tahun sebelum lahan menghasilkan tanaman yang layak secara komersial. Ini adalah usaha jangka panjang, bukan solusi instan.
Namun, jika kita tidak mulai sekarang, jika kita tidak menerima kerja keras yang diperlukan, kami mungkin akan segera menghadapi krisis pangan yang mengancam stabilitas bangsa kita. Terlepas dari tantangan dan kritik, komitmen kita untuk mencapai kemandirian nasional dalam produksi pangan tidak dapat dinegosiasikan. Kelangsungan hidup negara kita dan negara bergantung padanya.