Imane Khelif dari Aljazair Bereaksi setelah Mengalahkan Angela Carini dari Italia dalam Pertandingan Tinju Pendahuluan Wanita
Jakarta, CNBC Indonesia – Olimpiade Paris 2024 kembali menghadirkan “drama” bagi warganet. Kali ini, drama tersebut muncul dari cabang olahraga (cabor) tinju wanita yang melibatkan atlet asal Aljazair.
Atlet tinju asal Aljazair, Imane Khelif mendadak viral di media sosial akibat diduga sebagai seorang transgender yang berlaga dalam turnamen kelas wanita. Tudingan itu muncul saat babak 16 besar cabor tinju wanita Olimpiade Paris 2024, Kamis (1/8/2024).
Komite Olimpiade Aljazair telah mengeluarkan pernyataan yang mengecam tuduhan tersebut. Komite menyebut tuduhan transgender kepada Imane Khelif adalah sebuah “kebohongan”, “propaganda media asing” serta upaya pencemaran nama baik yang tidak etis terhadap atlet nasional mereka yang terhormat.
Kronologi munculnya tuduhan transgender
Dalam babak 16 besar, atlet berusia 25 tahun itu bertarung melawan wakil Italia, Angela Carini. Pada detik-detik awal laga, Khelif dan Carini sempat saling mencoba untuk melepaskan pukulan ke arah lawan. Namun pada detik ke-46, Carini dilaporkan menyerah dan mengundurkan diri setelah menerima satu pukulan keras dari Khelif yang tepat mengenai wajah.
Tepat setelah tangan Khelif diangkat oleh wasit sebagai simbolis kemenangan, Carini langsung berlutut dan menangis. Usai pertandingan, Carini mengaku mundur karena menerima pukulan yang sangat keras hingga menyakiti hidungnya.
“Carini terdengar mengatakan ‘Ini tidak benar, ini tidak benar,’ kepada pelatihnya,” tulis laporan The Independent, dikutip Jumat (2/8/2024).
“Carini kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa ia tidak pernah menerima pukulan sekeras itu dalam kariernya,” lanjut laporan tersebut.
Peristiwa tersebut pun langsung viral dan menjadi salah satu topik utama warganet. Dalam tudingannya, warganet menyebut Khelif seorang transgender karena fisiknya yang berotot tampak maskulin.
Meski demikian, debat seputar isu ini juga terus berlanjut.
Sebenarnya, siapa itu sosok Khelif?
Khelif adalah atlet tinju wanita yang tercatat lahir pada 2 Mei 1999 di Tiaret, Aljazair. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, Khelif memiliki postur tubuh setinggi 178 cm.
Melansir dari The Independent, Khelif pernah didiskualifikasi dari Women’s World Championship (Kejuaraan Dunia Wanita) di New Delhi, India karena gagal dalam tes kelayakan gender.
Menurut laporan Reuters, Khelif gagal memenuhi aturan kelayakan IBA yang melarang atlet dengan kromosom XY pria berkompetisi dalam nomor wanita.
Sebagai informasi, Kejuaraan Dunia Wanita 2023 yang diselenggarakan oleh IBA tidak lagi diakui oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) karena dinilai memiliki masalah tata kelola. Adapun, cabang tinju Olimpiade musim panas ini diselenggarakan oleh Unit Tinju Paris (PBU), unit ad-hoc yang dibentuk oleh Dewan Eksekutif IOC.
Kerangka Kerja IOC tentang Keadilan, Inklusi, dan Nondiskriminasi atas dasar identitas gender dan variasi jenis kelamin menawarkan pedoman bagi federasi untuk memastikan inklusi dan keadilan dalam olahraga, termasuk atlet dengan Perbedaan Gangguan Seksual (DSD).
DSD adalah sekelompok kondisi langka yang melibatkan gen, hormon, dan organ reproduksi. Beberapa orang dengan DSD dibesarkan sebagai perempuan, tetapi memiliki kromosom seks XY dan kadar testosteron darah dalam kisaran laki-laki.
Menurut IOC, seluruh atlet yang berpartisipasi dalam turnamen tinju Olimpiade Paris 2024 telah mematuhi peraturan kelayakan dan pendaftaran kompetisi serta seluruh aturan medis yang berlaku sesuai dengan aturan 1.4 dan 3.1 dari Unit Tinju Paris 2024.
“PBU berupaya membatasi amandemen untuk meminimalisir dampak pada persiapan atlet dan menjamin konsistensi antara Olimpiade,” tegas IOC.
Terkait Khelif, Carini menegaskan bahwa ia ikhlas dengan hasil dari pertarungan melawan wakil Aljazair itu. Dia juga tak ingin terlibat dalam kontroversi soal gender rivalnya itu.
“Terkait semua kontroversi itu, saya tidak pernah tertarik. Saya datang dan hanya ingin menang. Itu bisa menjadi pertandingan seumur hidup, tetapi saya juga harus menyelamatkan hidup saya pada saat itu,” kata Carini.
(rns/rns)