Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap berhasil selama 10 tahun masa jabatannya berdasarkan Social Progress Index (SPI) dari lembaga internasional. Index ini diukur oleh Social Progress Imperative, sebuah lembaga nirlaba yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan manusia dengan memberikan pengukuran komprehensif terhadap kinerja sosial suatu negara.
Menurut Denny JA, lembaga ini memiliki kredibilitas tinggi dan telah bekerja sama dengan institusi-institusi ternama seperti Deloitte dan World Economic Forum. SPI mengukur kemajuan sosial meliputi berbagai indikator seperti kebutuhan dasar manusia, kesejahteraan, dan peluang. Penilaian SPI pertama kali dilakukan pada tahun 2014 di 163 negara, memberikan perspektif non-ekonomi yang penting dalam menilai kemajuan suatu bangsa.
Pada tahun 2014, Indonesia memiliki skor SPI sebesar 61,65 dengan peringkat 92 dunia. Namun, pada tahun 2023, skornya meningkat menjadi 67,22 dan peringkat Indonesia naik ke 80. Hal ini menunjukkan peningkatan kesejahteraan sosial selama kepemimpinan Jokowi.
SPI juga penting karena bisa menilai kesejahteraan sosial di luar indikator ekonomi seperti Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Denny JA, SPI memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kualitas hidup masyarakat dibanding hanya melihat pertumbuhan ekonomi.
Secara keseluruhan, selama 10 tahun Jokowi memerintah, Indonesia berhasil meningkatkan kesejahteraan sosial seperti yang terindikasikan oleh kenaikan skor SPI. Meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi terutama dalam hal kesetaraan dan perlindungan lingkunagn, peningkatan peringkat dan skor SPI Indonesia menunjukkan bahwa negara ini berada pada jalur yang benar dalam meningkatkan kesejahteraan sosial. Menurut Denny JA, meskipun dapat dikategorikan sebagai berhasil, Jokowi dan pemerintahan masih perlu melakukan upaya lebih lanjut untuk mencapai kesetaraan dan keadilan sosial di seluruh wilayah Indonesia.