Penularan penyakit tuberkulosis (TBC) pada anak-anak perlu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Hal ini penting agar anak terhindar dari infeksi yang dapat menyerang sistem pernapasan atau paru-paru. Penyebaran TBC biasanya terjadi melalui udara ketika penderita batuk atau bersin, sehingga bakteri penyebab TBC terbawa oleh tetesan lendir yang keluar saat batuk atau bersin. Meskipun TBC mudah ditularkan dalam kondisi tertentu, bakteri penyebabnya tidak menyebar melalui kontak biasa, sehingga pertanyaan apakah TBC bisa menular melalui ciuman tidak sepenuhnya benar.
TBC menyebar melalui udara ketika tetesan yang mengandung bakteri dihirup oleh orang lain, dan penularan biasanya terjadi saat berada di dekat penderita yang batuk, bersin, atau berbicara. Namun, menurut dokter spesialis paru Profesor Faisal Yunus, TBC tidak bisa ditularkan melalui ciuman. Namun, jika penderita TBC mencium anak dan kemudian batuk atau bersin di dekatnya, maka penularan bakteri penyebab TBC bisa terjadi. Beberapa aktivitas yang tidak mengakibatkan penularan TBC antara lain sentuhan, ciuman, berbagi barang-barang pribadi, seperti sikat gigi, makanan, atau pakaian, atau penggunaan toilet yang sama.
Orang dengan gejala TBC cenderung menularkan penyakitnya hingga mereka menjalani pengobatan setidaknya selama dua minggu. Setelah itu, pengobatan harus dilanjutkan selama beberapa bulan agar infeksinya tidak lagi menular. Untuk mencegah penularan, setiap orang yang kontak dengan penderita TBC disarankan untuk melakukan tes TBC (PPD) guna memastikan tidak tertular penyakit tersebut. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti penderita HIV, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena TBC aktif. Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita TBC untuk minum obat sesuai resep dokter dan menghindari kontak erat dengan orang lain hingga mereka sembuh. Intinya, pencegahan TBC melibatkan kesadaran dan kehati-hatian dalam interaksi dengan penderita, serta pemenuhan pengobatan yang dianjurkan.
