Pabrik Gula (PG) Modjopanggung Tulungagung menggelar tradisi adat Manten Tebu sebagai penanda awal buka giling. Tradisi ini berasal dari era kolonial Belanda dan merupakan warisan leluhur.
Menurut GM PG Mojopanggung, Sugianto, tradisi Manten Tebu melibatkan pembuatan sepasang boneka pengantin Jawa dengan ritual khusus. Pembuat boneka harus menjalani puasa selama empat hari dan tidak boleh tidur saat merangkai boneka tersebut.
Boneka pengantin tersebut kemudian diarak menuju lokasi penggilingan tebu, diiringi dengan kembar mayang dan ragam sesaji. Prosesi ini dimulai dari luar pabrik dan berakhir di mesin giling tebu.
Tradisi ini memiliki makna filosofis kekeluargaan dan harapan hasil produksi yang berkah untuk petani dan keluarga PG Mojopanggung. Tradisi juga sebagai simbol sinergi antara petani tebu dan pabrik.
PG Mojopanggung ditargetkan menggiling 3,5 juta kwintal tebu dengan rendemen 7,6 persen karena faktor cuaca. Meskipun demikian, mereka masih berharap bisa mencapai laba Rp 50 Miliar melalui prosesi Manten Tebu ini.