Ketika mengunjungi kawasan Kota Tua, Jakarta, banyak orang akan tertarik pada Meriam Si Jagur. Meriam tersebut terkenal dengan detail jempol dijepit jari tengah dan telunjuk, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai simbol cabul. Namun sebetulnya, itu adalah simbol kesuburan yang berasal dari budaya Hindu Lingga-Yoni.
Meriam Si Jagur pertama kali dibuat oleh Manuel Tavarez Bocarro pada tahun 1641. Meriam ini telah pindah tempat beberapa kali sejak itu, mulai dari Museum Oud Batavia hingga akhirnya berada di kawasan Kota Tua di antara Museum Wayang & Museum Fatahilah.
Meriam tersebut memiliki cerita kesaktian yang tak pernah pudar sepanjang zaman. Banyak pengembara pada abad ke-19 terpesona oleh Meriam Si Jagur, dan cerita menyebar bahwa perempuan yang mandul sering mengunjungi meriam tersebut untuk meminta keturunan.
Ada pula cerita mistis seputar Meriam Si Jagur, seperti tidak bisa diangkat meski oleh traktor yang berat. Namun pada dasarnya, meriam tersebut hanya dibuat untuk kepentingan pertahanan dan tidak memiliki unsur mistis dari sang penciptanya.
Di masa lalu, banyak orang menganggap Meriam Si Jagur sebagai benda keramat dan melakukan ritual-ritual tertentu di sekitar meriam tersebut. Para penjaga meriam bahkan mendapat “sedekah” dari para pengunjung yang meletakkan uang di kotak yang dijaga oleh mereka.
Dengan begitu, Meriam Si Jagur menjadi bagian dari sejarah dan budaya di kawasan Kota Tua Jakarta, dan cerita-cerita menarik terus terdengar seputar meriam tersebut hingga saat ini.