
Keberadaan Artificial Intelligence (AI) telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dan manfaatnya di bidang jurnalistik pun menjadi perbincangan menarik. Menurut Rektor Pradita University, Richardus Eko Indrajit, AI sebenarnya dapat menjadi mitra kerja bagi jurnalis dalam mempermudah tugas mereka tanpa menghilangkan profesionalisme dalam dunia jurnalistik.
Eko menegaskan bahwa meskipun AI dapat menjadi asisten yang handal, namun tidak akan bisa menggantikan peran utama seorang wartawan secara keseluruhan. AI seharusnya berperan sebagai co-pilot yang membantu, bukan mengambil alih pekerjaan jurnalis. Di era industri 5.0 yang sudah dijalani saat ini, landscape media digital mengalami perubahan drastis, membuat keberadaan AI semakin penting dalam mendukung pekerjaan jurnalis.
Penggunaan AI sebagai alat bantu dalam menemukan narasumber, memeriksa kebenaran suatu berita, serta mengumpulkan informasi sebelum melakukan wawancara adalah langkah yang dapat mempercepat proses kerja jurnalis. Dengan begitu, waktu yang tadinya terbuang untuk tahapan-tahapan awal dapat dialihkan untuk melakukan investigasi mendalam dan menciptakan narasi berita yang lebih kuat.
Meskipun penggunaan AI dalam jurnalistik bukanlah hal yang tabu lagi, namun tetap harus disertai dengan upaya menjaga akurasi dalam setiap pemberitaan yang disajikan. Keputusan akhir tetap berada di tangan jurnalis, sementara AI berperan sebagai alat pembantu yang dapat memperluas potensi karya seorang manusia. Dengan demikian, penggunaan AI dalam jurnalistik sebaiknya dipandang sebagai sarana bantu yang dapat meningkatkan efisiensi kerja, bukan sebagai pengganti peran jurnalis itu sendiri.