Pemerintah mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp197 triliun hingga semester I 2025, setara dengan 0,81 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Pelebaran defisit ini disebabkan oleh penurunan penerimaan negara, terutama pada periode Januari dan Februari 2025. Meskipun demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimis bahwa akan terjadi perbaikan di semester II 2025.
Sementara itu, realisasi pendapatan negara hingga semester I mencapai Rp1.210,1 triliun, atau 40 persen dari target tahun ini. Penurunan ini dipengaruhi oleh harga minyak mentah Indonesia yang melemah, pengalihan dividen BUMN ke Danantara, dan penerapan PPN terbatas atas barang mewah. Di sisi lain, belanja negara tetap tumbuh 0,6 persen secara tahunan, dengan total realisasi mencapai Rp1.407,1 triliun atau 38,8 persen terhadap APBN.
Pemerintah tetap fokus pada pembangunan sektor prioritas seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi daerah, program Makan Bergizi Gratis, pemberdayaan desa, ketahanan pangan, energi, pertahanan semesta, dan hilirisasi industri. Meskipun defisit, pemerintah masih berhasil menjaga surplus keseimbangan primer sebesar Rp52,8 triliun hingga semester I. Proyeksi defisit APBN 2025 hingga akhir tahun diperkirakan mencapai 2,78 persen terhadap PDB atau sekitar Rp662 triliun. Hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi dalam mengelola keuangan negara di tengah dinamika ekonomi global dan lokal.