Sebelum menciptakan desain untuk pameran tersebut, Ariel dan 28 mahasiswa arsitektur lainnya melakukan perjalanan studi ke Toraja, Sulawesi Selatan. Perjalanan ini dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Mereka mempelajari rumah adat Tongkonan, yang dianggap sebagai entitas hidup yang bernapas melalui ritual, terhubung dengan alam semesta, dan menyimpan memori dalam bahan seperti kayu, ijuk, dan batu. Pendekatan ini mengajak mahasiswa untuk menyelami arsitektur tidak hanya dari segi visual, tetapi juga dari perspektif budaya dan lingkungan yang dalam. Koordinator Studio, Emanuel Agung Wicaksono, menjelaskan bahwa memilih tubuh sebagai titik awal karena tubuh adalah cara terdekat untuk memahami arsitektur. Ia ingin mahasiswa menyadari bahwa arsitektur bukanlah hal yang terpisah dari kehidupan sehari-hari, melainkan hadir di sekeliling mereka, bahkan dalam tubuh mereka sendiri. Melalui hubungan antara tubuh dan arsitektur Toraja, diharapkan mahasiswa dapat lebih sensitif dan mampu menggali lebih dalam. Tujuannya adalah untuk menciptakan inovasi arsitektur Indonesia yang relevan dan berarti di masa mendatang.