Di Kabupaten Ponorogo, ngabuburit tidak selalu berarti berburu takjil. Sebuah kelompok pemuda di Desa Wotan, Kecamatan Pulung, Ponorogo memilih untuk mengisi waktu dengan cara yang berbeda, yaitu dengan berlatih wayang kulit dan karawitan. Kegiatan ini tidak hanya untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian tradisi dan upaya mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap teknologi. Seorang remaja bernama Muhammad Irsyad Pandu Putra Susilo, yang sejak kecil sudah gemar mempelajari seni pedalangan, mengaku bahwa semangatnya untuk melestarikan budaya Jawa tidak pernah pudar. Ia percaya bahwa menghabiskan waktu dengan berlatih wayang bukan sekadar hobi, melainkan dedikasi terhadap warisan budaya. Pandu berharap bahwa generasi muda akan tertarik pada seni tradisional dan mau meneruskannya. Kegiatan ngabuburit semacam ini diharapkan dapat menginspirasi pemuda untuk lebih produktif dan menjaga warisan budaya yang hampir terlupakan. Dengan adanya inisiatif semacam ini, seni pedalangan dan karawitan masih memiliki harapan untuk tetap hidup di tengah arus modernisasi. Rinda Ayu, seorang warga yang hadir dalam latihan tersebut, menyatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya untuk ngabuburit, tetapi juga untuk melatih kemampuan seni tradisional agar tetap lestari. Dengan demikian, upaya pelestarian budaya Jawa ini terus dilakukan oleh pemuda Ponorogo.