Setiap tahun selama musim haji, Kota Makkah menjadi tujuan bagi jutaan umat Muslim dari seluruh dunia yang mewakili beragam suku, ras, dan latar belakang budaya. Meskipun demikian, Pemerintah Arab Saudi menerapkan aturan ketat terkait siapa yang diizinkan memasuki kota suci tersebut. Larangan ini berlaku bagi non-Muslim untuk menjaga kesucian kota dan menghormati nilai-nilai keagamaan Islam. Namun, ada beberapa non-Muslim yang nekat mencoba memasuki Makkah, seperti salah satunya adalah seorang pria non-Muslim bernama Snouck Hurgronje.
Snouck Hurgronje sendiri lahir dari keluarga Kristen yang taat, namun memiliki ketertarikan yang kuat terhadap Islam. Sejak remaja, dia sudah mulai mempelajari Islam secara mendalam, termasuk bahasa dan kebudayaan Islam. Pada tahun 1880, Snouck menulis penelitiannya tentang Perayaan Makkah tanpa pernah benar-benar berkunjung ke kota suci tersebut. Namun, pada tahun 1884, Snouck akhirnya memiliki kesempatan untuk datang ke Makkah dengan bantuan dana dari pemerintah Belanda.
Namun, sebagai seorang non-Muslim, Snouck menyadari sulitnya untuk memasuki Makkah. Untuk itu, dia mengubah nama dan status agamanya menjadi Muslim untuk memenuhi syarat masuk kota suci tersebut. Pada saat tiba di Makkah, polisi sempat ragu mengizinkannya masuk karena penampilan fisik Eropa. Namun, dengan menunjukkan identitas bahwa dia seorang Muslim melalui tindakan sunat yang dilakukannya, akhirnya Snouck diperbolehkan masuk ke Makkah.
Meskipun singkatan keberadaannya di Makkah akhirnya terungkap dan dia diusir, Snouck berhasil menyelesaikan penelitiannya. Setelah itu, dia menjadi penasihat pemerintah Belanda terkait umat Muslim di Indonesia. Snouck tinggal di berbagai kota di Indonesia untuk memberi saran kepada pemerintah terkait “penanganan” umat Muslim di negara tersebut. Demikianlah kisah menarik seorang pria non-Muslim yang nekat memasuki Makkah dan akhirnya pulang sebagai seorang mualaf.
