Mengonsumsi daging anjing bukanlah hal yang biasa dalam beberapa budaya dan negara. Namun, praktik ini telah ada sejak berabad-abad di banyak bagian dunia, terutama di beberapa negara Asia dan Afrika.
Daging anjing dianggap sebagai makanan pokok di beberapa negara dan memiliki peran penting dalam kebudayaan mereka. Asia adalah benua dengan konsumsi daging anjing paling luas, dengan perkiraan 30 juta anjing dibunuh setiap tahun untuk dikonsumsi manusia.
Negara-negara seperti China, Korea Selatan, Filipina, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, dan Nagaland di India dikenal dengan konsumsi daging anjing yang tinggi. Meskipun begitu, konsumsi daging anjing mulai menurun di banyak negara karena generasi muda lebih cenderung melihat anjing dan kucing sebagai teman daripada makanan.
China menjadi konsumen terbesar daging anjing di dunia, dengan perkiraan 10 juta anjing dan empat juta kucing dikonsumsi setiap tahun. Namun, beberapa kota di China telah melarang konsumsi daging anjing dan kucing, serta mengubah klasifikasi anjing dan kucing dari hewan ternak menjadi hewan peliharaan.
Negara lain yang terkenal dengan konsumsi daging anjing adalah Vietnam, yang menggunakan hampir seluruh bagian tubuh anjing dalam masakan mereka. Di Indonesia, sekitar 5% populasi mengonsumsi daging anjing, meskipun perdagangan daging anjing dianggap berbahaya karena risiko rabies.
Beberapa negara seperti Taiwan dan Hong Kong telah melarang konsumsi daging anjing dan kucing, serta penyembelihan dan penjualan daging tersebut. Taiwan menjadi negara Asia pertama yang memberlakukan larangan tersebut pada tahun 2017.
Daging anjing masih menjadi kontroversi di banyak negara, namun beberapa langkah telah diambil untuk melarang konsumsinya sebagai langkah perlindungan hewan.
