26.7 C
Jakarta
Thursday, November 7, 2024

Menjaga Kesehatan Anak dengan Produk Susu dan Nutrisi – Sehatnya Negeriku

Produk susu untuk anak sebenarnya hanya satu dari beragam lauk pauk sumber protein, seperti ikan, telur, unggas, daging, dan kacang-kacangan. Apa syarat susu yang baik?

Tak ada makanan terbaik untuk bayi selain air susu ibu (ASI). Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap merekomendasikan pemberian ASI bagi anak hingga usia dua tahun. Dalam laporan WHO Guideline for Complementary Feeding of Infants and Young Children 6–23 Months of Age (2023), WHO menyatakan bahwa ASI menyumbang kebutuhan nutrisi mikro dan makro bayi, khususnya untuk energi, protein, dan asam lemak esensial, termasuk vitamin A dan kalsium.

Apakah kemudian susu formula seperti susu sapi dapat menggantikan ASI? “Susu formula semahal apa pun tidak akan ada yang bisa menandingi ASI. ASI itu isi kandungannya dapat menyesuaikan sendiri dengan usia bayi. Susu formula tidak,” kata Kirana Pritasari, M. Q. I. H., saat itu Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dalam rilis Kementerian Kesehatan pada 2019.

Meskipun demikian, bukan berarti produk susu, termasuk susu dari binatang, tidak dapat digunakan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya menetapkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, kecuali dalam keadaan adanya indikasi medis tertentu sehingga ibu tidak bisa memberikan ASI, ibu tidak ada, atau ibu terpisah dari bayi. Dalam kondisi demikian, keluarga, ibu, atau tenaga medis dapat memberikan susu formula bayi, yakni produk susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk bayi sampai berusia enam bulan.

Menurut laporan WHO tadi, produk-produk susu adalah bagian dari ragam makanan yang dapat menyumbang pemenuhan nutrisi bayi. WHO mengatur ketat jenis susu semacam ini sehingga mensyaratkan, antara lain, jenis susu itu sudah dipasteurisasi, difermentasi, bukan yang dipadatkan, atau yogurt. Susu dengan rasa atau pemanis tak boleh digunakan. Penyimpanan yang aman dan praktis juga harus dilakukan. Sebagai ragam makanan, WHO menyatakan bahwa susu adalah bagian dari berbagai makanan bersumber binatang yang lain, seperti daging, ikan, dan telur, yang perlu dikonsumsi setiap hari. Makanan lain adalah sayur, buah, dan kacang-kacangan.

Pakar gizi klinis lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Juwalita Surapsari, M. Gizi, Sp. G. K., menyatakan, dalam pedoman gizi seimbang, susu sebagai sumber protein hewani bisa menjadi salah satu pilihan untuk melengkapi asupan nutrisi si kecil. Menurutnya, sampai usia dua tahun, anak-anak tetap diberi ASI, tetapi jika mereka membutuhkan asupan gizi tambahan, susu pertumbuhan tetap bisa diberikan asal sesuai dengan kebutuhan anak. “ASI jangan dihentikan. Pastikan bisa sampai dua tahun nanti. Kalau ASI memang masih mencukupi, lanjutkan saja sampai dua tahun sambil makanan pendamping ASI juga dikuatkan lagi,” ucap Juwalita saat ditemui Mediakom di Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024.

Salah satu ketentuan susu pertumbuhan adalah yang mengandung gizi makro dan mikro yang sudah difortifikasi, yakni yang diperkaya dengan nutrisi. Hal ini dapat membantu meningkatkan nilai gizi makanan sehingga lebih bermanfaat bagi kesehatan. “Keuntungan difortifikasi, berarti ia bisa membantu untuk mencukupi kebutuhan si anak. Jadi, susu yang sudah difortifikasi dengan zat besi bisa menjadi salah satu cara mencukupi kebutuhan zat besi,” ujar Juwalita. Pemberian susu pertumbuhan ini, kata dia, jika orang tua anak memang tidak benar-benar bisa memberikan makanan yang bervariasi.

Juwalita menegaskan bahwa susu semacam ini adalah pelengkap. “Ya, bisa setiap hari dikonsumsi untuk membantu mencukupi kebutuhannya. Sebab, kunci dari pemenuhan nutrisi adalah memberikan makanan yang bervariasi dan lengkap,” katanya.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, susu hanya salah satu dari kelompok lauk pauk sumber protein selain ikan, telur, unggas, daging, dan kacang-kacangan serta hasil olahannya, seperti tahu dan tempe. Pangan jenis ini perlu diimbangi dengan pangan jenis lain agar kecukupan gizi tercapai. WHO dan UNICEF telah menetapkan delapan kelompok makanan utama untuk anak-anak yang meliputi ASI; makanan daging (daging, ikan, unggas, dan hati/jeroan); produk susu (susu, yogurt, keju); telur; kacang-kacangan; buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin A; buah-buahan dan sayuran lainnya; serta biji-bijian, akar-akaran, dan umbi-umbian.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan penggunaan produk susu dengan catatan susu tersebut tidak diberikan sebelum anak berusia 12 bulan, tanpa rasa dan tanpa pemanis, dan diperkaya dengan vitamin D dan kalsium. Bicaralah dengan dokter mengenai alternatif produk susu yang akan digunakan karena vitamin dan mineral dalam ASI berbeda dari susu sapi.

Penulis: Redaksi Mediakom

Source link

berita terkait

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Berita Terbaru