26.7 C
Jakarta
Thursday, November 7, 2024

Meningkatkan Rasio Dokter di Indonesia: Strategi Kementerian Kesehatan untuk Menjaga Kesehatan Negeri

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa salah satu masalah utama di bidang kesehatan di Indonesia adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan, terutama dokter. Jumlah dokter di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berusaha untuk meningkatkan jumlah dokter di Indonesia.

“Saat ini, rasio dokter di Indonesia masih sangat rendah, hanya 0,47 dan ini menempatkannya pada peringkat 147 dunia. Kami akan berusaha mengejar ketertinggalan ini,” ujar Presiden dalam acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2024.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengkonfirmasi kekurangan dokter di Indonesia sebagai masalah yang telah lama terjadi sejak masa kemerdekaan. Belum lagi, jumlah dokter spesialis di Indonesia juga sangat minim. Diperlukan waktu 20 tahun bagi Indonesia untuk mencapai standar jumlah dokter spesialis yang diakui secara internasional.

Menkes Budi menjelaskan bahwa biaya pendidikan kedokteran yang tinggi menjadi salah satu hambatan utama dalam meningkatkan jumlah dokter spesialis. Untuk mengatasi masalah ini, Indonesia akan menerapkan konsep pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit, seperti yang umum dilakukan di berbagai negara.

Pemerintah juga akan bekerja sama dengan lembaga terpercaya dari Amerika dalam melakukan akreditasi rumah sakit pendidikan serta mengembangkan skema pembiayaan yang lebih terjangkau bagi calon dokter spesialis. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan pendidikan dokter spesialis di Indonesia.

Berita ini disampaikan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor 1500-567, SMS 081281562620, atau alamat email [email protected].

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik,
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid

Source link

berita terkait

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Berita Terbaru