Generasi Z, atau Gen Z, semakin menunjukkan variasi dengan munculnya istilah-istilah baru dalam dunia kerja. Mulai dari tren quiet quitting yang viral, kini muncul fenomena quiet covering yang mulai terungkap dalam studi terbaru. Fenomena quiet covering adalah kecenderungan karyawan Gen Z untuk menyembunyikan beberapa aspek pribadi mereka dalam dunia kerja guna menghindari penghakiman, stereotip, dan untuk terlihat lebih profesional serta mudah dipromosikan. Sebuah survei menunjukkan bahwa quiet covering telah menjadi krisis tersembunyi di lingkungan kerja saat ini, dengan mayoritas responden mengakui melakukan skill masking untuk menghindari penilaian dan ketidakpastian. Contoh-contoh quiet covering juga meluas dalam beberapa aspek identitas pribadi, seperti ras/etnis, gender, orientasi seksual, usia, agama, atau disabilitas. Dalam studi tersebut, Gen Z ditemukan dua kali lebih mungkin menyembunyikan identitas diri, bahkan kepada HR, sebagai upaya proyeksi citra profesional yang kuat demi kemajuan karier. Quiet covering pada akhirnya dapat berdampak negatif terhadap kinerja dan kesejahteraan karyawan Gen Z, meski turut dilakukan sebagai strategi untuk mendapatkan promosi, kenaikan gaji, atau penerimaan sosial. Selain itu, studi juga membuktikan bahwa sebagian Gen Z menggunakan kecerdasan buatan untuk mempercepat pekerjaan, namun juga merasa khawatir terhadap potensi AI menggantikan pekerjaan mereka.