27.5 C
Jakarta
Thursday, November 7, 2024

Leadership of the first posthumous Indonesian National Leader, First Marshall TNI Iswahjudi

Ditetapkan oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Sejarah bagaimana para pendahulu membentuk sebuah unit militer sangat penting bagi suatu organisasi militer. Anggota militer perlu mengetahui pencapaian dan pengalaman yang dicapai oleh organisasi mereka di masa lalu.

Kisah heroik Iswahjudi adalah salah satu sorotan dalam sejarah Tentara Udara Indonesia. Dia merupakan pelopor Angkatan Udara bersama Adisoetjipto, Abdulrachman Saleh, dan Husein Sastranegara.

Sejarah bagaimana para pendahulu membentuk sebuah unit militer sangat penting bagi suatu organisasi militer. Anggota suatu organisasi militer perlu mengetahui pencapaian dan pengalaman dari para pendahulunya.

Dengan mengetahui masa lalunya, anggota akan lebih termotivasi dalam melaksanakan tugas mereka. Kita tahu bahwa setiap unit militer memiliki karakteristik, identitas, bahkan psikologi yang khas.

Sebuah unit militer terdiri dari sekelompok orang yang selalu berhadapan dengan bahaya. Mereka harus siap setiap saat untuk menghadapi kemungkinan gugur di medan pertempuran. Mereka dilatih untuk dikerahkan ke medan tempur dan melaksanakan misi-misi yang sulit.

First Marshall Posthumous Iswahjudi lahir di Surabaya pada tahun 1918. Iswahjudi juga dikenal sebagai pelopor Angkatan Udara Indonesia bersama Adisoetjipto, Abdulrachman Saleh, dan Husein Sastranegara.

Dia aktif terlibat dalam dunia militer sejak usia muda, seperti dalam Korps Aviator Sukarelawan (Vrij-Wilig Vliegers Corps atau VVC), yang dibentuk untuk membela pemerintah Belanda dari serangan Jepang. Pada satu kesempatan, dia ditunjuk sebagai satu-satunya sukarelawan Indonesia untuk menjadi agen Sekutu dalam misi rahasia di Jawa.

Dia juga terdaftar sebagai kadet pertama Sekolah Penerbangan Adisoetjipto. Karir penerbangannya gemilang. Di periode pasca kemerdekaan, dia menjadi mahasiswa penerbangan di Maguwo. Pada bulan Desember 1945, Iswahjudi bergabung dengan Angkatan Udara Keamanan Rakyat yang dipimpin oleh Adisoetjipto di Yogyakarta.

Iswahjudi kemudian ditunjuk sebagai Komandan pangkalan udara Maospati, di Madiun, tahun 1947, karena dedikasinya yang tanpa syarat. Selanjutnya, pada akhir tahun 1947, Iswahjudi ditugaskan untuk menjadi pelopor pengembangan pangkalan udara Bukittinggi.

Setelah itu, Iswahjudi ditunjuk bersama Halim Perdanakusuma untuk mengambil kembali pesawat Avro Anson VH-BBY yang baru saja dibeli oleh pemerintah Indonesia. Namun, dalam perjalanan pulang pada tanggal 14 Desember 1947, mereka mengalami cuaca buruk di Selat Malaka. Pesawat jatuh ke atas pohon di Tanjung Hantu, Perak, Malaysia. Kedua beliau gugur dalam tugasnya.

Source link

berita terkait

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Berita Terbaru