Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, menanggapi kritik dari beberapa komunitas terkait kegiatan bersepeda bersama Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang melintasi Jalan Layang Non-Tol (JLNT) Casablanca. Dia menjelaskan bahwa meskipun kegiatan tersebut dianggap aman, JLNT Casablanca sebenarnya merupakan jalan untuk kendaraan roda empat. Didesain dengan hanya dua lajur dan tanpa bahu jalan, Syafrin menegaskan bahwa saat digunakan untuk lalu lintas roda empat, sepeda motor dan pesepeda tidak diizinkan melintas.
Menurut Syafrin, keberadaan sepeda motor atau sepeda di JLNT saat digunakan untuk kendaraan roda empat dapat berpotensi membahayakan karena risiko senggolan dengan mobil sangat tinggi. Namun, saat JLNT Casablanca ditutup untuk kendaraan umum, risiko tersebut dapat diantisipasi. Rencana kegiatan bersepeda dengan rute sepanjang 39,27 kilometer akan dimulai pada 19 April mendatang dari Balai Kota DKI hingga kembali ke Balai Kota DKI.
Sebelumnya, Komunitas Bike To Work (B2W) Indonesia mengecam keputusan menggunakan JLNT Casablanca sebagai rute untuk acara bersepeda “SilaturahRide 2025”. Mereka menolak keras penggunaan JLNT Casablanca karena jalan tersebut secara hukum dilarang untuk dilintasi oleh sepeda. Meskipun B2W diundang untuk berdiskusi oleh Dishub DKI Jakarta, mereka menilai bahwa konsep dan rute acara tersebut sudah final tanpa memberikan ruang untuk masukan.
B2W Indonesia menegaskan penolakan mereka terhadap penggunaan JLNT Casablanca sebagai rute bersepeda dan menyatakan bahwa walaupun Dishub Jakarta mengklaim bahwa acara tersebut aman karena jalan akan ditutup dan diikuti oleh rombongan sepeda, namun mereka tetap bertahan pada posisi penolakan mereka. Selain itu, B2W juga membawa isu bahwa JLNT Casablanca pernah dijadikan objek perjuangan mereka agar dikembalikan fungsinya sesuai aturan hukum yang berlaku.
