Masjid Agung Darussalam di Jalan Raya Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto memiliki arsitektur Majapahitan Arabia dengan ornamen ukuran kaligrafi. Masjid ini juga terkenal dengan bedugnya yang diklaim sebagai yang terbesar di Indonesia, dengan diameter 225 cm dan panjang 3,5 meter.
Bedug tersebut dipesan dari pengrajin bedug di Cirebon dan membutuhkan waktu pengerjaan hingga dua tahun. Masjid ini merupakan milik Pemerintah Kabupaten Mojokerto dan dibangun oleh Bupati Kromodjojo Adinegoro III pada tahun 1893.
Meskipun aktivitas peribadatan telah bergeser ke masjid baru sejak 2018, Masjid Agung Darussalam tetap mempertahankan sejumlah ornamen dan konstruksi bersejarah. Salah satu ciri khas dari masjid ini adalah soko guru yang menjadi instrumen bangunan tradisional Jawa yang dipertahankan.
Masjid ini didesain dengan beberapa pendekatan, termasuk historis, agamis, teknis, dan ekonomis. Penggunaan unsur kayu pada ornamen pilar, dinding, dan pintu masjid memberikan sentuhan khas pada arsitektur masjid ini.
Selain sebagai tempat peribadatan umat Muslim, Masjid Agung Darussalam juga dirancang sebagai lokasi wisata religi di Kabupaten Mojokerto. Berbagai fasilitas seperti tempat pujasera, toko retail, dan kios UMKM akan dilengkapi di sekitar halaman masjid.
Dengan luas bangunan mencapai 37 meter dan panjang 70 meter, masjid ini diperkirakan mampu menampung hingga 5.000 jamaah. Pembangunan Masjid Agung Darussalam ini dimulai sejak 2007 dan masih dalam proses pembangunan hingga saat ini.
Melalui perpaduan arsitektur Majapahitan dan Arabiah, Masjid Agung Darussalam diharapkan tidak hanya menjadi pusat peribadatan, tetapi juga menjadi simbol keagamaan dan keindahan arsitektur di Kabupaten Mojokerto.