Beberapa ahli memperkirakan bahwa kasus kanker penis dapat meningkat hingga 77% pada tahun 2050 mendatang. Meskipun kasus tertinggi terjadi di negara-negara berkembang, kasus kanker penis juga meningkat di sebagian besar negara Eropa. Faktor risiko yang mendukung munculnya kanker penis antara lain kulup yang menyempit, tidak disunat, kebersihan alat kelamin buruk, merokok, HIV/AIDS, dan infeksi virus HPV.
Diagnosis kanker penis seringkali terlambat karena pasien merasa malu atau bersalah. Dokter yang salah mengklasifikasikan lesi juga menjadi penyebab kanker penis terlambat terdeteksi. Kanker penis biasanya disebabkan oleh sel skuamosa, terutama pada area kepala penis. Infeksi HPV adalah faktor risiko umum untuk kanker penis, terutama tipe HPV 16.
Pengobatan kanker penis dapat dilakukan dengan laser, bedah mikro, kemoterapi, atau radioterapi. Namun, ada tumor yang tidak merespons pengobatan dengan baik dan mengancam untuk diamputasi. Sebelumnya, di Brasil telah terjadi kasus di mana 6.500 laki-laki harus menjalani amputasi penis akibat kanker.
Studi menunjukkan bahwa Uganda memiliki jumlah kasus kanker penis tertinggi di dunia, diikuti oleh Brasil, Indonesia, Thailand, dan India. Meskipun angka kasus dan kematian kanker penis masih tinggi di negara-negara berkembang, jumlah kasus kanker penis meningkat di sebagian besar negara Eropa.