Jepang sedang menghadapi tantangan dengan munculnya varian baru COVID-19 yang disebut KP.3. Varian ini diketahui sangat cepat menular dan telah menyebabkan lonjakan kasus infeksi Covid-19 ke-11 di negara tersebut.
Menurut Kazuhiro Tateda, Presiden Asosiasi Penyakit Menular Jepang, varian KP.3 menyebar dengan cepat dan dapat menulari individu yang sudah divaksinasi atau pulih dari infeksi sebelumnya. Tateda juga menyatakan bahwa sifat virus ini menjadi lebih tangguh dan resisten setiap kali berubah bentuk.
Pihak berwenang Jepang saat ini sedang memantau penyebaran dan dampak varian baru ini dalam beberapa minggu ke depan. Meskipun terjadi peningkatan tajam kasus pasien Covid-19 di rumah sakit, Tateda menyatakan bahwa banyak kasus tersebut tidak mengalami gejala parah.
Gejala khas varian KP.3 meliputi demam tinggi, sakit tenggorokan, kehilangan penciuman dan rasa, sakit kepala, dan kelelahan. Fasilitas medis di seluruh Jepang mencatat peningkatan infeksi sebesar 39% dari tanggal 1 hingga 7 Juli 2024 dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
Prefektur Okinawa merupakan wilayah yang paling terdampak oleh varian KP.3, dengan rumah sakit di sana menerima rata-rata hampir 30 pasien per hari. Varian ini telah menyumbang lebih dari 90% kasus Covid-19 secara nasional, menimbulkan kekhawatiran akan kurangnya tempat tidur di fasilitas medis.
Sejak kasus Covid-19 pertama kali muncul di Jepang pada awal tahun 2020, negara ini telah mencatat total 34 juta infeksi dan sekitar 75.000 kematian terkait. Situasi ini menuntut kewaspadaan dan langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat untuk mengendalikan penyebaran varian KP.3 yang menantang ini.
