Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menekankan bahwa Masjid Istiqlal Jakarta bukan hanya sebagai tempat ibadah bagi umat Islam, tetapi juga sebagai rumah besar untuk kemanusiaan. Hal ini dikemukakan dalam sambutannya pada Pertemuan Lintas Agama yang dihadiri oleh Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik sedunia, di Jakarta pada Kamis.
Nasaruddin, yang meyakini pada prinsip “kemanusiaan itu satu”, menyatakan bahwa siapa pun diperbolehkan masuk dan menerima kebaikan dari masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut asalkan mengikuti aturan yang berlaku. Menurutnya, sejak awal, Masjid Istiqlal telah berfungsi untuk melayani dan membudayakan semua orang.
Masjid Istiqlal dilengkapi dengan fasilitas olahraga, tempat istirahat, lapangan parkir, dan pusat bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga, termasuk non-Muslim. Nasaruddin juga menegaskan bahwa peran masjid tersebut adalah dalam mempromosikan toleransi dan moderasi di kalangan umat beragama di Indonesia.
Salah satu wujud dari hal tersebut adalah adanya Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral. Hal ini menunjukkan betapa besar peran Masjid Istiqlal sebagai tempat pertemuan berbagai lapisan masyarakat Indonesia yang plural.
Paus Fransiskus hadir dalam Pertemuan Lintas Agama di Masjid Istiqlal, bertemu dengan Nasaruddin, dan ikut dalam Deklarasi Istiqlal. Setelah pertemuan tersebut, Fransiskus bertemu dengan penerima manfaat amal di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan kemudian memimpin Misa Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia berlangsung hingga 6 September. Ia adalah pemimpin Gereja Katolik ketiga yang mengunjungi Indonesia setelah Paus Paulus IV pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.