Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memperingatkan bahaya penyebaran Virus Monkeypox/Mpox atau cacar monyet yang telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Lantas, bagaimana gejala penyakit ini?
Sebagai informasi, Mpox adalah salah satu spesies virus cacar, seperti cacar air dan cacar sapi, yang ditandai dengan ruam yang diikuti dengan benjolan yang muncul di kulit. Pada cacar air, lenting-lenting tersebut kemudian terisi dengan cairan dan akhirnya berkeropeng.
Pada dasarnya, Monkeypox adalah penyakit yang disebabkan virus Mpox. Asalnya, penyakit ini adalah penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia.
Mpox dapat menular ke manusia melalui kontak fisik dengan hewan terinfeksi, biasanya hewan pengerat dan primata. Risiko tertular Mpox dari hewan dapat diturunkan dengan meminimalisir/menghindari kontak dengan hewan liar, terutama hewan sakit atau mati, termasuk daging dan darahnya. Di negara-negara endemik, makanan yang berisi daging atau bagian tubuh hewan perlu dimasak hingga matang sebelum dimakan.
Dokter dan epidemiolog, Dicky Budiman, menyatakan bahwa riset mengenai Mpox masih minim karena sudah berpuluh-puluh tahun menjadi penyakit yang diabaikan. Risiko penyebaran Mpox terus berkembang dan bermutasi, meskipun virus DNA (Mpox) tidak secepat RNA virus. Oleh karena itu, prinsip pencegahan dan mitigasi perlu dilakukan.
Gejala Monkeypox (Mpox) meliputi ruam yang mungkin terletak di tangan, kaki, dada, wajah, mulut, atau dekat alat kelamin. Masa inkubasi Mpox adalah 3-17 hari dan pasien biasanya mengalami demam, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, nyeri otot dan sakit punggung, sakit kepala, dan gejala pernafasan.
Durasi kesembuhan pasien Mpox bervariasi, mulai dari 2-4 minggu. Virus ini tidak menular lewat udara, namun menular melalui kontak langsung/jarak dekat.
Kasus Mpox di Indonesia sudah terdeteksi, dengan Kementerian Kesehatan mencatat 88 kasus konfirmasi Mpox sejak 2022 hingga Agustus 2024. Peningkatan kasus ini direspons dengan pemantauan aktif, dukungan, layanan kesehatan, dan pelacakan kasus.
Dalam mitigasi risiko, vaksin Mpox tetap diperlukan untuk kelompok-kelompok berisiko. Prinsip pencegahan, pemantauan, dan penanganan kasus perlu dilakukan untuk mengurangi penyebaran Mpox.