Lebih dari 500 gym di Korea Selatan mengalami penutupan massal sepanjang tahun 2024, melebihi jumlah gym yang tutup selama pandemi sebelumnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya terjadi di balik fenomena ini. Meski warga Korea Selatan dikenal dengan obsesinya terhadap penampilan yang sempurna, banyak gym terpaksa gulung tikar. Bahkan, angka penutupan ini mencatat rekor tertinggi sejak data mulai dikumpulkan pada tahun 1990.
Gelombang penutupan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kesulitan ekonomi dan persaingan yang ketat di industri gym Korea Selatan. Gym jaringan besar menawarkan biaya keanggotaan yang sangat rendah, sementara gym independen kesulitan bersaing dengan diskon besar ini dan akhirnya harus menutup usahanya. Penutupan yang curang juga menjadi masalah serius, dimana sejumlah gym menagih pembayaran di muka dalam jumlah besar tanpa memberikan pengembalian dana kepada pelanggan.
Peningkatan kasus penipuan di pusat kebugaran juga menjadi perhatian, dengan banyak pengaduan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa pusat kebugaran bahkan menggunakan promosi diskon besar-besaran sebelum menutup usaha mereka. Hal ini memicu kekhawatiran dan peringatan dari para pengacara untuk waspada terhadap situasi tersebut.
Para pelanggan dan anggota gym di Korea Selatan pun terdampak akibat penutupan yang tiba-tiba ini. Kasus-kasus seperti pembayaran di muka untuk sesi latihan pribadi yang tidak terlaksana atau penipuan dengan biaya keanggotaan yang rendah harus diatasi oleh pihak berwenang. Dengan meningkatnya kasus penutupan gym, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk menjaga keberlangsungan industri kebugaran di Korea Selatan untuk masa depan yang lebih baik.