Kasus baru virus Covid-19 kembali melonjak, kali ini disebabkan oleh subvarian NB.1.8.1 yang dikenal sebagai varian Nimbus. Varian ini telah menyebar ke beberapa negara di Asia, termasuk Thailand, Indonesia, dan China. Bahkan, Badan Keamanan Kesehatan Inggris mencatat 13 kasus pertama di Inggris minggu lalu. Meskipun angka lonjakan kasus Covid meningkat, jumlah kasus sebenarnya sulit dipastikan karena penurunan jumlah tes yang dilakukan dalam lima tahun terakhir.
Varian Covid Nimbus NB.1.8.1 yang berasal dari Omicron pertama kali terdeteksi pada bulan Januari tahun ini. Penyebaran cepat varian ini tercatat di China, Hong Kong, Amerika Serikat, dan Australia. WHO mengidentifikasi NB.1.8.1 sebagai varian yang memiliki potensi berdampak pada perilaku virus.
Penelitian mengindikasikan bahwa NB.1.8.1 menyebar lebih cepat daripada varian lainnya. Para ahli menyatakan bahwa afinitas pengikatan NB.1.8.1 terhadap reseptor ACE2 manusia sangat kuat, memungkinkannya untuk menginfeksi sel lebih efisien. Meski tidak terlalu berbeda dari varian Omicron, perubahan pada protein lonjakannya bisa membuat virus ini menyebar lebih mudah atau menghindari kekebalan yang sudah ada.
Gejala umum yang terkait dengan varian Nimbus meliputi sakit tenggorokan parah, kelelahan, batuk ringan, demam, nyeri otot, hidung tersumbat, serta gejala gastrointestinal seperti mual dan diare. Meskipun demikian, kualitas vaksin Covid saat ini diyakini tetap efektif dalam mencegah penyakit parah akibat varian baru ini. Meski risiko tambahan yang diakibatkan varian Nimbus saat ini dianggap rendah oleh WHO, tetapi penyebarannya yang pesat di beberapa negara perlu menjadi perhatian. Peneliti dan ahli kesehatan terus memantau perkembangan varian ini untuk memastikan efektivitas strategi pencegahan dan pengendalian yang diterapkan.