Anggota anggota grup idola, NCT, mendapatkan kecaman atas kolaborasi grup mereka dengan Starbucks Korea, kecuali Taeyong. Para penggemar mengkritik keputusan NCT untuk berkolaborasi dengan merek Starbucks di tengah konflik yang sedang terjadi di Timur Tengah.
Kritik ini disampaikan melalui platform media sosial. Sejak pecahnya perang Israel-Hamas 8 bulan yang lalu, Starbucks telah dicap sebagai “pro-Israel” dalam konflik tersebut dan masuk dalam daftar produk yang sedang di-boikot karena diduga berhubungan dengan Israel.
Menurut Korea JoongAng Daily, kecaman terhadap anggota NCT merupakan bagian dari boikot global terhadap Starbucks setelah SM Entertainment mengumumkan kolaborasi antara NCT dan Starbucks Korea untuk produk makanan, minuman, dan merchandise eksklusif hingga 4 Juli.
Starbucks Korea merupakan entitas terpisah dari merek utama Starbucks di AS. Starbucks telah menjual seluruh sahamnya di perusahaan Korea tersebut pada tahun 2021, dimana saat ini 67,5% dimiliki oleh Emart, sebuah raksasa ritel, dan sisanya dimiliki oleh dana kekayaan negara GIC Singapura. Produk kolaborasi ini hanya akan dijual di Korea.
Meskipun begitu, anggota NCT kehilangan pengikut di akun media sosial mereka akibat kolaborasi ini. Banyak komentar menyebut tindakan mereka sebagai “memalukan” di media sosial, dan Twitter dipenuhi dengan gambar bertuliskan, “#SM_boycott_genocide.”
Di tengah kontroversi ini, anggota Taeyong mengunggah posting singkat di Instagram story yang berisi kata “Boikot” pada Kamis malam. Meskipun postingan itu dihapus 10 menit setelahnya dan tidak merujuk pada hal tertentu, penggemar internasional masih memuji keberaniannya.
Saat ini, Taeyong sedang menjalani tugas militernya yang dimulai bulan lalu dan dijadwalkan selesai pada Desember 2025.
Beberapa selebriti K-pop lainnya juga terpaksa meminta maaf atau menghapus foto yang terkait dengan Starbucks setelah menerima kritik dari pengguna online internasional, seperti Huh Yun-jin dari Le Sserafim, Jake dari Enhypen, dan penyanyi Jeon Somi.
