Ahli Kesehatan Memperingatkan Bahwa Banyak Pria Diperkirakan Tidak Bisa Bereproduksi Secara Alami pada 2050
Agar manusia bisa terus ada lintas generasi, maka diperlukan proses biologis bernama reproduksi. Proses reproduksi melibatkan sperma dan sel telur yang kemudian bercampur hingga terjadi pembuahan. Namun, ahli kesehatan telah mengungkapkan bahwa ada kencenderungan manusia tak lagi bisa bereproduksi secara alamiah pada tahun 2050 mendatang.
Shanna Swan, seorang profesor kesehatan masyarakat di School of Medicine at Mount Sinai, New York, Amerika Serikat, dalam bukunya yang terbaru “Count Down: How Our Modern World is Threatening Sperm Counts” (2021), mengungkapkan bahwa penurunan jumlah sperma bisa menjadi penyebab utama dari masalah ini. Menurut penelitiannya pada tahun 2017, sperma manusia barat mengalami penurunan hingga 50% dari tahun 1973 hingga 2011, dengan penurunan sebesar 1% setiap tahun.
Data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa jumlah sperma normal manusia berkisar antara 15 juta hingga lebih dari 200 juta sperma per mililiter semen. Namun, penelitian Swan menunjukkan angka yang berbeda. Pada tahun 1972, rata-rata pria Eropa memiliki konsentrasi sperma sebesar 99 juta per mililiter semen, namun pada tahun 2011 angka tersebut turun menjadi hanya 47,1 juta per mililiter semen. Jika penurunan ini terus berlanjut, diperkirakan laki-laki akan memiliki sperma kurang dari 15 juta pada tahun 2050, yang dapat menyebabkan ketidaksuburan atau infertilitas.
Penyebab utama dari masalah ini disebutkan adalah pola hidup manusia yang semakin tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, dan kurang tidur. Namun, Swan juga menyoroti bahwa plastik bisa menjadi biang kerok yang sering terlupakan. Plastik yang sulit terurai bisa masuk ke dalam organisme lain, termasuk manusia, dan mengganggu sistem reproduksi dengan mengganggu hormon yang mengatur seks dan metabolisme.
Jika prediksi Swan ini benar adanya, maka di masa depan akan banyak manusia yang hanya bisa memiliki keturunan melalui bantuan teknologi. Solusi terbaik yang disarankan adalah dengan menghindari faktor-faktor risiko yang dapat mengganggu sistem reproduksi. Meskipun plastik bukan satu-satunya penyebab dari penurunan kesuburan total, perananya tetap signifikan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan langkah-langkah pencegahan agar sistem reproduksi kembali sehat dan dapat melahirkan generasi baru.