Jumlah pria yang meninggal kesepian di Korea Selatan mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada usia 50-60 tahun. Menurut laporan Kementerian Kesehatan, kasus kematian akibat kesepian atau dikenal sebagai Godoksa meningkat selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2022 dan 2023, jumlah kasus masing-masing mencapai 3.559 dan 3.661, meningkat dari 3.378 kasus pada tahun 2021.
Mayoritas kasus kematian akibat Godoksa terjadi pada pria, dengan jumlah mencapai 2.970 kasus pada tahun 2022, dibandingkan dengan 557 kasus pada wanita. Pada tahun berikutnya, jumlah pria yang meninggal kesepian masih lebih tinggi, mencapai 84,1%. Kelompok usia 60 tahun merupakan yang paling banyak terkena dampak selama dua tahun terakhir, dengan jumlah kasus mencapai 1.110 dan 1.146.
Kelompok usia tertinggi yang mengalami kematian akibat Godoksa adalah mereka yang berusia 50-an tahun. Alasan kematian ini bisa disebabkan oleh perceraian, kematian pasangan, penyakit kronis, dan kerentanan perumahan. Pada kelompok usia yang lebih muda, seperti 20-30 tahun, sulitnya mendapatkan pekerjaan dan PHK juga menjadi faktor penyebab kematian.
Kasus kematian akibat Godoksa terbanyak berasal dari Provinsi Gyeonggi, Seoul, dan Busan, sementara jumlah terendah terjadi di kota Sejong. Godoksa sendiri didefinisikan sebagai individu yang hidup sendiri tanpa koneksi dengan keluarga, kerabat, teman, atau tetangga. Penyebab kematian pada individu Godoksa bisa bermacam-macam, mulai dari bunuh diri hingga penyakit.
Peningkatan kasus kematian akibat kesepian ini menjadi perhatian serius di Korea Selatan, terutama untuk menyediakan dukungan sosial dan jaringan komunitas bagi individu yang hidup sendiri agar bisa terhindar dari risiko kematian akibat kesepian.