Alergi makanan pada anak tidak hanya memengaruhi kesehatan sehari-hari, tetapi juga berdampak pada tumbuh kembang dan kualitas hidup anak di masa depan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti pentingnya mengidentifikasi dan mengelola alergi makanan dengan tepat agar tidak membahayakan generasi emas Indonesia 2045. Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, mengatakan bahwa anak yang sering mengalami alergi dapat mengganggu pertumbuhannya dan menghambat tercapainya generasi emas 2045. dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K), Subspesialis Alergi Imunologi, juga menunjukkan bahwa prevalensi alergi makanan semakin meningkat secara global, terutama pada anak di bawah lima tahun. Hal ini disebut sebagai second wave epidemi penyakit alergi. Kasus alergi makanan yang meningkat juga terlihat di Indonesia, dengan dampak serius mulai dari reaksi berat hingga masalah psikologis. Alergi makanan juga dapat memengaruhi kualitas hidup, stres, kecemasan, pertumbuhan, dan risiko anafilaksis yang mengancam jiwa. Pentingnya diagnosis yang tepat juga disoroti oleh dr. Endah, untuk menghindari over-diagnosis maupun under-diagnosis alergi. Tes kulit, pemeriksaan darah, atau uji provokasi makanan adalah beberapa metode yang digunakan untuk mendiagnosis alergi. Menghindari alergen sambil memastikan asupan gizi seimbang adalah prinsip utama penanganan alergi makanan. IDAI berharap pengetahuan mengenai alergi makanan dapat lebih tersebar luas, sehingga orang tua dapat menangani alergi pada anak dengan benar dan menyehatkan. Dengan penanganan yang tepat, diharapkan risiko gangguan tumbuh kembang dapat dikurangi untuk mendukung generasi emas Indonesia 2045.