Atlet Olimpiade Uganda, Rebecca Cheptegei meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit akibat serangan yang dilakukan pacarnya. Tubuhnya terbakar 80 persen. Saat dibawa ke rumah sakit, Rebecca dibius total. Ayahnya, Joseph Cheptegei, menyatakan bahwa putrinya yang sangat suportif tersebut menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga oleh pacarnya, Dickson Ndiema.
Dickson Ndiema membeli bensin, menyiram, dan membakar Rebecca saat mereka tengah bertengkar pada tanggal 1 September 2024. Ndiema juga mengalami luka bakar dan dirawat di rumah sakit yang sama dengan kondisinya yang stabil. Rebecca dan Ndiema terdengar bertengkar sebelum serangan di tanah tempat rumah atlet itu dibangun.
Federasi Atletik Uganda, Presiden Komite Olimpiade Uganda, Presiden Komite Olimpiade Internasional, Menteri Olahraga Kenya, hingga Juru Bicara PBB menyampaikan duka cita atas kepergian Rebecca. Mereka mengecam kekerasan dalam rumah tangga dan menyerukan keadilan. Menteri Olahraga Kenya mengatakan bahwa tragedi ini harus menjadi pengingat untuk memerangi kekerasan berbasis gender di masyarakat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mengutuk keras kematian Rebecca dan menyatakan bahwa dunia masih terjebak dalam budaya patriarki. Statistik UN Women menunjukkan bahwa setiap 11 menit, seorang perempuan atau anak perempuan dibunuh oleh pasangan intim atau anggota keluarga di dunia. Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan di Kenya telah memicu aksi unjuk rasa oleh warga.
Survei Demografi dan Kesehatan Kenya 2022 menunjukkan bahwa 41 persen perempuan Kenya yang berpacaran atau menikah pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh pasangan mereka. Hal ini menunjukkan perlunya langkah-langkah lebih lanjut untuk melindungi perempuan dari kekerasan.